kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sama-sama di harga Rp 52 per saham, bagaimana rekomendasi PPRO dan BKSL?


Minggu, 16 Februari 2020 / 16:37 WIB
Sama-sama di harga Rp 52 per saham, bagaimana rekomendasi PPRO dan BKSL?
ILUSTRASI. Pembangunan perumahan di kawasan Sentul City, Bogor, Jawa Barat, Senin (16/7). Harga saham PPRO dan BKSL rontok hingga dobel digit sejak awal tahun.


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah saham dalam indeks Kompas100 mengalami penurunan dalam beberapa waktu terakhir. Bahkan, ada dua saham KOMPAS100 yang harganya hampir menyentuh level 50.

Pertama, ada saham PT PP Properti Tbk (PPRO) yang saat ini harganya dibanderol Rp 52 per saham. Dari awal tahun, harga saham PPRO sudah melemah hingga 23,53%. Kedua, ada saham PT Sentul City Tbk (BKSL) yang mengalami koreksi sebesar 38,82% ytd. Pada penutupan perdagangan Jumat (14/2), saham BKSL turun 1,89% ke level Rp 52.

Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas menilai, penurunan harga saham PPRO dan BKSL ini sejalan dengan kinerja keuangan kedua emiten tersebut yang berada dalam tren penurunan.

Baca Juga: Harga saham turun 38,82% sejak awal tahun, ini kata Sentul City (BKSL)

Terlebih untuk PPRO, saham PPRO merupakan salah satu yang terdaftar dalam portofolio investasi PT Asuransi Jiwasraya dan PT Asabri. Sehingga, hal ini membuat tekanan jual terhadap saham PPRO meningkat. “Para pelaku pasar khawatir dan terjadi panic selling,” ungkap Sukarno kepada Kontan.co.id, Jumat (14/2).

Sukarno melihat, bisnis properti yang dijalankan oleh kedua emiten ini masih berjalan dengan baik dan investor tak perlu khawatir. “Hanya saja memang kondisi sekarang ini belum memungkinkan. Daya beli masih lesu, sehingga permintaan di bisnis ini juga belum begitu maksimal,” tambah dia.

Sukarno memproyeksi, prospek bisnis BKSL dan PPRO memiliki peluang untuk tumbuh lantaran tren suku bunga yang melandai dan potensi pemerintah bakal memangkas kembali suku bunga acuan. Menurut dia, hal ini akan menjadi sentimen positif untuk sektor properti apabila suku bunga acuan kembali diturunkan.

Sukarno merekomendasikan investor untuk wait and see lebih dulu saham PPRO dan BKSL lantaran tekanan jual masih meningkat.

Baca Juga: Harga Saham Big Cap Rontok, Peluang Memancing Cuan atau Menangkap Pisau Jatuh?

Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki menambahkan, penurunan saham PPRO dan BKSL disebabkan oleh kebijakan-kebijakan di sektor properti seperti pelonggaran loan to value (LTV) yang belum mampu mengangkat marketing sales. Hal ini, sambungnya, karena suku bunga KPR maish relatif tinggi.

Sementara dari segi bisnis, Yaki berpendapat, kedua perusahaan itu memiliki nilai aset yang cukup besar. Misalnya saja, BKSL yang mempunyai landbank terbilang besar dan juga PPRO yang lebih fokus ke high rise untuk low segment. Dengan begitu, dia bilang, keduanya memiliki prospek yang baik.

Adapun strategi yang dapat dilakukan oleh BKSL dan PPRO untuk menggenjot kinerja yaitu dengan meluncurkan produk baru. Dengan adanya penurunan suku bunga dan pelonggaran LTV, kedua kebijakan ini berpotensi meningkatkan marketing sales BKSL dan PPRO.

Baca Juga: PP Properti (PPRO) jualan apartemen lewat Tokopedia

Selain itu, beberapa projek infrastruktur seperti adanya LRT juga dapat membantu mendongkrak marketing sales mereka. “Saat ini harga keduanya sudah sangat murah, secara price to earning ratio (PER) dan price to book value (PBV) sudah di bawah rata-rata PBV dan PER selama 5 tahun terakhir,” kata Yaki.

Yaki menyarankan investor untuk buy saham BKSL dengan target harga dalam jangka pendek sebesar Rp 59 dan beli saham PPRO dengan target jangka pendek Rp 64. Sementara untuk jangka panjang, dia merekomendasikan investor untuk buy saham BKSL dengan target harga Rp 93, dan beli saham PPRO dengan target harga Rp 91.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×