Reporter: Rashif Usman | Editor: Noverius Laoli
Ekky juga menyoroti bahwa penguatan kinerja INDF dan ICBP sepanjang kuartal III 2024 sebagian besar dipengaruhi oleh lonjakan konsumsi terkait pemilu.
Nah, memasuki tahun 2025, Ekky melihat kondisi ekonomi yang lebih lesu serta tren pelemahan rupiah diperkirakan akan memberikan tekanan terhadap kinerja kedua perusahaan ini, sehingga pertumbuhan mereka berpotensi stagnan atau bahkan menurun.
"Prospek kinerja INDF dan ICBP di 2025 sangat bergantung pada kondisi ekonomi domestik, terutama dari sisi daya beli masyarakat, stabilitas nilai tukar rupiah, serta arah kebijakan pemerintah pasca pemilu," kata Ekky kepada Kontan, Rabu (26/3).
Baca Juga: Kinerja Positif di 2024, Cek Prospek & Rekomendasi Saham Saratoga (SRTG) pada 2025
Jika tekanan terhadap rupiah terus berlanjut dan konsumsi rumah tangga melambat akibat lesunya ekonomi, maka margin dan volume penjualan INDF dan ICBP bisa ikut tertekan.
Sebaliknya, jika ada pemulihan daya beli atau stimulus konsumsi dari pemerintah seperti program bantuan pangan dan Makan Bergizi Gratis (MBG) berlanjut, itu bisa jadi katalis positif yang mendukung permintaan produk konsumer, khususnya segmen mi instan dan dairy yang jadi core ICBP.
Di sisi lain, Ekky memperkirakan pergerakan saham INDF dan ICBP masih berpotensi menguat, meskipun dalam kisaran yang terbatas.
Baca Juga: Begini Rekomendasi Saham PTPP yang Cetak Kinerja Positif
Menurutnya, saham INDF memiliki target jual di level Rp 8.000, sementara ICBP berpeluang mencapai Rp 12.500.
Selanjutnya: Erajaya (ERAA) Raih Kinerja Cemerlang pada 2024, Seberapa Cerah Prospeknya Tahun Ini?
Menarik Dibaca: Semarang Masih Hujan Siang Hari, Ini Prakiraan Cuaca Besok (27/3) di Jawa Tengah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News