kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham tambang memanaskan indeks LQ45


Senin, 29 Januari 2018 / 07:29 WIB
Saham tambang memanaskan indeks LQ45
ILUSTRASI.


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham pertambangan siap memanaskan indeks LQ45. Dari empat penghuni baru, dua di antaranya merupakan saham batubara. Sehingga, saat ini ada sembilan saham komoditas di indeks paling likuid ini.

Beberapa tahun silam, saham tambang batubara punya kapitalisasi pasar yang cukup besar. Namun, anjloknya harga komoditas membuat sektor ini meredup. "Perlahan tapi pasti, emiten tambang bisa kembali menjadi penggerak IHSG," ujar analis First Asia Capital David Sutyanto kepada KONTAN, akhir pekan lalu.

Kepala Riset BNI Sekuritas Norico Gaman juga memprediksi, tahun ini saham pertambangan masih akan diminati. Apalagi, permintaan batubara global terus meningkat. "Jadi, tren ini masih akan berlangsung, setidaknya hingga tahun depan," kata dia.

Namun, Inav Haria Chandra, analis OCBC Sekuritas, mengatakan, masih terlalu dini menilai saham pertambangan bakal menyetir arah indeks LQ45. Sebab, bobot kapitalisasi pasar sektor pertambangan masih tak terlalu besar.

Nilai kapitalisasi pasar sembilan saham pertambangan di indeks LQ45 saat ini mencapai Rp 439,51 triliun. Jumlah tersebut hanya sekitar 6% dari total kapitalisasi pasar IHSG. Angka ini juga masih jauh di bawah kapitalisasi pasar lima bank besar penghuni indeks LQ45, yang mencapai Rp 1.618,12 triliun, atau sekitar 22% dari total kapitalisasi IHSG.

Sentimen positif

Hariyanto Wijaya, analis RHB Sekuritas, menjelaskan, ada tiga poin utama yang membuat harga komoditas, terutama batubara akan terus stabil. Pertama, China memangkas kapasitas produksi batubara hingga 360 juta ton di tahun ini.

KeduaPurchasing Managers Index (PMI) konsumsi batubara China masih besar. Hal ini tercermin dari berlangsungnya konstruksi pembangkit listrik batubara berkapasitas hingga 147 gigawatt di China.

Ketiga, suplai batubara Indonesia untuk pasar ekspor mulai berkurang. Dus, Hariyanto memprediksi, tahun ini produksi batubara Indonesia akan mendekati angka 500 juta ton dengan porsi ekspor sekitar 74%.

Padahal, sepanjang 2015, porsi ekspor Indonesia mencapai 80% dar total produksi sekitar 400 juta ton–500 juta ton."Jadi kami yakin, harga komoditas batubara akan jauh lebih stabil," tulis Hariyanto dalam riset 26 Januari.

Dia merevisi naik rata-rata harga batubara global 2018 menjadi US$ 90 per ton di 2018 dan US$ 85 per ton di 2019. Angka itu naik dari prediksi sebelumnya yang hanya sekitar US$ 70 per ton.

Dari beberapa saham tambang, Hariyanto merekomendasikan buy ADRO dan PTBA dengan target harga masing-masing Rp 3.100 dan Rp 4.100 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×