Reporter: Aldo Fernando | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks aneka industri anjlok 47,40 poin atau 3,41% ke posisi 1.342,21 pada perdagangan Selasa (12/2). Akibatnya di sepanjang tahun ini, indeks aneka industri negatif 3,74%.
Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan berpendapat, penekan terbesar sektor aneka industri adalah saham PT Astra International Tbk (ASII).
“Penekan terbesarnya adalah ASII. Salah satu pemicunya kemungkinan dari rencana pesaing untuk meluncurkan model mobil baru (Nissan Grand Livina) dalam waktu dekat. Di samping itu, rencana pesaing untuk meningkatkan armada truk untuk disewakan juga dikhawatirkan menekan kinerja UNTR, yang merupakan anak usaha dari ASII,” jelas Valdy kepada Kontan.co.id, Selasa (12/2).
Sebagai informasi, hari ini, saham ASSI anjlok sebesar 350 poin atau 4,38% ke level 7.650,00. Ditambah, ASII termasuk ke dalam 10 besar saham dengan market cap terbesar, yakni sebesar Rp 310 triliun.
Menurut catatan Valdy, PT Indomobil Multi Jasa Tbk (IMJS) berencana menambah unit truk untuk disewakan sebesar 7.000 unit pada 2019, naik lebih dari dua kali lipat dari akhir tahun lalu.
Senada, analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai, ASSI sebagai saham penekan sektor aneka industri. “ASII ini bobotnya paling besar dan paling mempengaruhi indeks aneka industri,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (12/2).
William bilang, merosotnya saham sektor aneka industri adalah hal yang wajar. “Ada masa naik, ada masa turun. Tahun lalu sektor ini naik signifikan, sekarang mulai menurun karena aksi taking profit,” katanya.
Sementara, analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji berpendapat, salah satu faktor yang mungkin menekan sektor aneka industri adalah rilis data Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia per Januari 2019 yang merosot ke posisi 49,90. Di samping itu, kata Nafan, melebarnya current account deficit (CAD) ikut mempengaruhi pasar.
Nafan menilai, pelemahan saham sektor aneka industri bersifat sementara. Saat ini saham aneka industri masih konsolidasi. Diharapkan nanti akan mengalami rebound setelah menyentuh level support 1.355 dengan resistance di level 1.387.
“Para pelaku pasar nanti akan memanfaatkan aksi buyback karena akan mendapatkan harga saham yang lebih rendah,” kata Nafan.
Valdy melihat prospek saham-saham di sektor aneka industri masih positif. “Karena dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dan suku bunga serta nilai tukar yang lebih stabil, penjualan kendaraan dapat meningkat, baik kendaraan komersial maupun non komersial. Tahun lalu bisa tumbuh di kisaran 7%-9%, harapannya tahun ini bisa lebih dari itu,” jelasnya.
Sementara William bilang, prospek bisnis saham-saham di sektor tersebut masih bagus untuk ke depannya. “Tapi kalau saham-sahamnya memang masuk downtrend, dalam jangka pendek disarankan hindari dulu sektor ini. Mungkin bisa dikecualikan pada saham-saham second liner nya seperti MASA yang memiliki sentimen sendiri,” ujarnya.
Valdy merekomendasikan SRIL dengan fair value Rp 415 per saham dan ASII Rp 9.250 per saham. Sementara Nafan, merekomendasikan akumulasi beli untuk saham ASII di target harga Rp 9.025 dan akumulasi beli SRIL di target harga Rp 442.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News