kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham salah harga bermunculan


Senin, 23 Maret 2020 / 21:39 WIB
Saham salah harga bermunculan
ILUSTRASI. IHSG sudah mengakumulasi penurunan 36,67% sejak awal tahun.


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 4,90% ke level 3.989,52 pada Senin (23/3). Dengan penurunan tersebut, IHSG sudah mengakumulasi penurunan 36,67% sejak awal tahun.

Kondisi tersebut menggerus nilai perusahaan berdasarkan kapitalisasi pasar (market cap). Saking hebatnya tekanan jual, tak jarang nilai perusahaan anggota indeks LQ45 dan Kompas100 yang lebih murah dibanding posisi kas perusahaan itu sendiri.

Saham PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) misalnya. Market cap perusahaan ini Rp 2,47 triliun per penutupan perdagangan hari ini. Nilai ini hanya sedikit lebih besar dibanding kas per September 2019.

Baca Juga: Melemah, Wall Street masih mencerna efek stimulus The Fed

Bahkan, market cap PT PP (PTPP) hanya Rp 3,44 triliun, jauh lebih rendah dibanding kas perusahaan per Desember 2019, Rp 9,1 triliun. Setidaknya, masih ada enam emiten LQ45 dan Kompas100 lagi yang nilai perusahaannya jauh di bawah kasnya. "Itu saham-saham salah harga," ujar Krishna Dwi Setiawan, Head of LOTS Services Lotus Andalan Sekuritas, Senin (23/3).

Menurut dia, secara umum harga wajar sebuah saham minimal satu kali price to book value (PBV). Dari harga saham ini nanti bakal mempengaruhi nilai market cap, tergantung pergerakan harga saham dan jumlah saham di publik. "Untuk bank ini nilainya bisa dua kali PBV," imbuh Krishna.

Baca Juga: Buyback belum berpengaruh signifikan menahan kejatuhan harga saham

Kepala Riset Samuel Sekuritas Surya Dharma menjelaskan, setiap emiten memiliki sentimen yang berbeda. Misalnya, BBTN yang sempat tertekan oleh sentimen tingginya loan to deposit ratio (LDR) dan penerapan PSAK 71.

Lalu, saham konstruksi yang tertekan akibat sentimen cashflow negatif. "Cuma memang, konstruksi turunnya sudah kebangetan," tandas Suria.

Krishna mengatakan, kesempatan untuk mulai mencicil sejumlah saham terbuka. Namun, tetap harus berhati-hati. "Jangan satu sektor saja, tapi sebar ke beberapa sektor seperti bank, konsumer dan farmasi," ujar dia.

Baca Juga: Kapitalisasi pasar hangus Rp 2.649 triliun, akuisisi emiten bisa lebih murah

Sektor konsumer diuntungkan oleh kondisi seperti saat ini. Sedangkan sektor bank diperkirakan bakal menjadi yang pertama rebound ketika wabah Covid-19 bisa teratasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×