Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten minyak dan gas (migas) bakal diuntungkan harga minyak yang kian memanas. Pada Rabu (27/9), harga minyak WTI sempat naik ke US$ 93,68 per barel atau tertinggi sepanjang tahun 2023.
Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas memperkirakan, harga minyak akan terus penguatan di tengah kebijakan negara-negara anggota OPEC terutama Arab dan Rusia yang mengurangi produksi. Bahkan, Arab Saudi maupun Rusia telah memperpanjang pemotongan produksi minyak 1,3 juta barel per hari secara sukarela hingga akhir 2023.
"Kondisi ini memicu kenaikan harga minyak dan diperkirakan bisa tembus harga US$ 100," kata Sukarno, Minggu (1/10).
Baca Juga: Ada Faktor Basis Tinggi, Inflasi September 2023 Akan Melandai
Ia mewaspadai ketidakpastian global akan berdampak pada permintaan yang lemah sehingga tidak mendukung momentum naiknya harga minyak dunia. Pada akhirnya, sentimen ini tidak mendukung kinerja emiten sektor migas.
Analis Samuel Sekuritas, Muhammad Farras Farhan memutuskan menaikkan asumsi harga minyak untuk tahun 2023 menjadi US$ 85 per barel. Penurunan stok minyak mentah AS telah menambah kekhawatiran ketatnya pasokan minyak global.
Farras dalam riset 14 September 2023 menilai, sentimen lonjakan harga minyak akan mengangkat kinerja PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC).
"Dengan harga minyak global yang kembali ke kisaran US$ 91 per barel, kami memiliki prospek yang baik untuk bisnis migas dan ketenagalistrikan milik MEDC," terang Farras.
Baca Juga: Inflasi September 2023 Diperkirakan Sebesar 0,08% (MoM), Ini Kata Ekonom Bank Permat
Samuel Sekuritas mengerek perkiraan laba bersih Medco Energi di tahun 2023 dan 2024 menjadi masing-masing sebesar US$ 348 juta dan US$ 304 juta. Terutama didorong oleh lonjakan harga komoditas dan potensi meningkatnya pasokan listrik.