Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dari awal tahun hingga saat ini sudah ada sebanyak 11 emiten anyar yang melantai di Bursa Efek Indonesia. Dari 11 emiten tersebut, 7 saham di antaranya berhasil mencatatkan kenaikan harga saham.
Di posisi pertama ada PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) yang melesat 1.845% dari harga awal. Selanjutnya ada PT Net Visi Media Tbk (NETV) dengan kenaikan 74,48% dari harga penawaran, lalu PT Semacom Integrated Tbk (SEMA) menguat 46,66%, dan PT Nanotech Indonesia Global Tbk (NANO) dengan pertumbuhan 40%.
Disusul oleh saham PT Sumber Tani Agung Resources Tbk (STAA) tumbuh 29,16%, PT Sepeda Bersama Indonesia Tbk (BIKE) tumbuh 23,30%, dan PT Autopedia Sukses Lestari Tbk (ASLC) dengan penguatan harga saham 17,39%.
Baca Juga: Gara-gara Invasi Rusia ke Ukraina, Nilai IPO Global Anjlok 70% di Kuartal 1-2022
Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandu Dewanto melihat, dari beberapa emiten yang listing tahun ini, SEMA, ASLC, dan NANO berhasil menarik minat para investor karena dinilai memiliki bisnis yang cukup prospektif serta masuk kategori new economy.
Misalnya saja SEMA yang menjadi produsen panel listrik, perakitan baterai dan energi terbarukan.
Kemudian, ASLC memiliki bisnis jual beli kendaraan second secara online melalui aplikasi JBA. NANO merupakan perusahaan yang bergerak di bisnis jasa teknologi riset, rekayasa material dan nanoteknologi yang bisa diterapkan ke berbagai industri.
Pandu menambahkan, raihan kinerja positif lain dicapai oleh ADMR STAA dan BIKE yang memang mencatatkan pertumbuhan pendapatan dan laba yang sangat kuat sehingga secara fundamental cukup meyakinkan para investor.
Baca Juga: Rampung Masa Penawaran Awal Saham IPO, Ini Kata GoTo
“Untuk prospek ke depan tentu perlu dilihat bagaimana perkembangannya khususnya tahun pertama setelah IPO, sejauh mana penggunaan dana IPO apakah masih sesuai dengan rencana yang disusun oleh perseroan dan memberikan kontribusi positif terhadap kinerja perseroan,” jelas Pandu, Minggu (27/3).
Pandu bilang, dalam menilai prospek suatu perusahaan dalam jangka panjang tidak cukup hanya dari berbekal dari prospectus IPO, apalagi jika model bisnisnya unik sehingga belum ada emiten lain yang bisa dilihat sebagai pembanding.
Oleh karena itu, ia menyarankan agar pelaku pasar juga perlu melihat bagaimana cara manajemen mengelola perusahaan, apakah mampu mengoptimalkan sumber daya dengan efisien, seberapa lihai mengoptimalkan peluang dan meminimalisir risiko.
Sementara untuk saham yang berasal dari sektor komoditas seperti ADMR dan STAA, sambung Pandu, bercermin pada emiten lain yang sudah listing biasanya memiliki suatu siklus naik turun yang kurang cocok digunakan sebagai investasi jangka panjang.
Baca Juga: Dikabarkan Pasang Harga IPO Rp 338 per Saham, Simak Tanggapan GoTo
“Apalagi kondisi saat ini harga komoditas sedang tinggi sehingga risiko terjadinya penurunan di waktu mendatang lebih besar, hal ini dapat berpengaruh signifikan pada kinerja perusahaan sehingga perlu lebih sering dipantau,” tuturnya.
Secara fundamental, Pandu menilai beberapa emiten yang cukup menarik untuk diperhatikan yaitu ASLC, NANO, dan STAA. Secara teknikal ia juga melihat saham-saham tersebut cukup menarik karena mulai beranjak menguat kembali setelah mengalami koreksi sejak beberapa pekan sebelumnya.
Ia berharap trend menguat masih berlanjut ke depannya dengan target ASLC ke level Rp 300, NANO Rp 160 dan STAA Rp 850.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News