Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Noverius Laoli
Pandu bilang, dalam menilai prospek suatu perusahaan dalam jangka panjang tidak cukup hanya dari berbekal dari prospectus IPO, apalagi jika model bisnisnya unik sehingga belum ada emiten lain yang bisa dilihat sebagai pembanding.
Oleh karena itu, ia menyarankan agar pelaku pasar juga perlu melihat bagaimana cara manajemen mengelola perusahaan, apakah mampu mengoptimalkan sumber daya dengan efisien, seberapa lihai mengoptimalkan peluang dan meminimalisir risiko.
Sementara untuk saham yang berasal dari sektor komoditas seperti ADMR dan STAA, sambung Pandu, bercermin pada emiten lain yang sudah listing biasanya memiliki suatu siklus naik turun yang kurang cocok digunakan sebagai investasi jangka panjang.
Baca Juga: Dikabarkan Pasang Harga IPO Rp 338 per Saham, Simak Tanggapan GoTo
“Apalagi kondisi saat ini harga komoditas sedang tinggi sehingga risiko terjadinya penurunan di waktu mendatang lebih besar, hal ini dapat berpengaruh signifikan pada kinerja perusahaan sehingga perlu lebih sering dipantau,” tuturnya.
Secara fundamental, Pandu menilai beberapa emiten yang cukup menarik untuk diperhatikan yaitu ASLC, NANO, dan STAA. Secara teknikal ia juga melihat saham-saham tersebut cukup menarik karena mulai beranjak menguat kembali setelah mengalami koreksi sejak beberapa pekan sebelumnya.
Ia berharap trend menguat masih berlanjut ke depannya dengan target ASLC ke level Rp 300, NANO Rp 160 dan STAA Rp 850.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News