Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada Selasa (12/1) Sri Mulyani telah mengirimkan daftar anggota Dewan Pengawas Sovereign Wealth Fund (SWF) ke DPR. Nama-nama yang dipilih nantinya akan dibacakan pada rapat paripurna yang direncanakan di bulan ini. DPR menargetkan pembentukan SWF selesai bulan ini dan bisa beroperasi di akhir bulan.
Senior Vice President Research Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial mengatakan, pembentukan SWF ini akan menguntungkan sektor konstruksi dan pra-infrastruktur pelat merah. Neraca keuangan BUMN Karya bisa dipastikan menjadi kuat pasca terbentuknya SWF.
"Pembentukan SWF akan membantu balance sheet para BUMN Karya khususnya yang selama ini beban utang semakin tinggi. Dengan adanya SWF, utang tersebut akan disertakan menjadi equity yang nantinya akan menurunkan debt to equity ratio (DER)," jelas Janson, Kamis (14/1).
Secara lebih luas dan secara tidak langsung (trickle down effect) sektor pra-infrastruktur seperti PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) juga akan diuntungkan. Sebab untuk membangun infrastruktur akan membutuhkan pra-sarana infrastruktur seperti gas, mobile data dan jalan tol.
Baca Juga: Asing buru saham bank, prospeknya masih oke
"Namun nantinya akan ada ketimpangan pemerataan ekonomi nih karena tidak menutup kemungkinan swasta akan terpinggirkan. Sementara problem pandemi dan bahkan sebelum pandemi adalah ketimpangan ekonomi yang dihasilkan karena adanya ketidakmerataan kue ekonomi antara BUMN karya dan swasta," jelas dia.
Jadi harus ada mekanisme kerjasama yang melibatkan peran swasta. Sebab dampak positif ke konstruksi swasta sangat minimal.
Dengan faktor tersebut, Janson merekomendasikan hold untuk saham-saham konstruksi. Sebab saham di sektor konstruksi juga sudah naik signifikan dan valuasi sudah priced-in faktor SWF. Saat ini investor perlu menunggu laporan kinerja keuangan 2020.
Sedangkan untuk sektor pra-infrastruktur yang direkomendasikan Janson adalah buy on weakness TLKM di harga Rp 3.200 dengan target harga Rp 4.300, buy on weakness PGAS di harga Rp 1.500 dengan target harga Rp 2.100 dan buy on weakness saham JSMR di harga Rp 4.200 dengan target harga Rp 5.000 per saham.
Baca Juga: DPR berharap SWF segera beroperasi di bulan ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News