kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Saham Rekomendasi Analis di Tengah Pelemahan Rupiah dan Rilis Laporan Keuangan


Senin, 30 Oktober 2023 / 04:40 WIB
Saham Rekomendasi Analis di Tengah Pelemahan Rupiah dan Rilis Laporan Keuangan
ILUSTRASI. Saham Rekomendasi Analis di Tengah Pelemahan Rupiah dan Rilis Laporan Keuangan


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) semakin tak terduga. Indeks komposit ini Tampaknya masih tertekan sentimen pelemahan rupiah dan global. 

Pada akhir perdagangan Jumat (27/10), IHSG ditutup menguat 0,66% ke level 6.758,79. Di sisi lain, investor asing masih mencetak net sell Rp 540,54 miliar. 

Nilai net sell  asing semakin membengkak. Secara year to date alias sepanjang 2023, nilai jual bersih asing di pasar saham mencapai Rp 11,60 triliun.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, seharusnya rilis laporan keuangan para emiten bisa mencegah pelemahan IHSG. 

Baca Juga: Arah IHSG Semakin Sulit Ditebak, Analis Rekomendasikan Saham Ini

Pada periode awal ini, bank besar dengan market caps jumbo mampu menjaga pertumbuhan laba bersih sepanjang sembilan bulan pertama di 2023. 

"Investor akan menyambut positif dan melakukan akumulasi di harga saham yang terdiskon," kata Nafan saat dihubungi Kontan, Minggu (29/10).

Namun pergerakan IHSG masih dibayangi oleh sentimen negatif. Salah satunya, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Pergerakan Rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) dan pasar spot kompak melemah. Pada Jumat (27/10), rupiah Jisdor melemah 0,05% menjadi Rp 15.941 per dolar AS. 

Sementara di pasar spot, rupiah ditutup pada level Rp 15.939 per dolar AS atau melemah 0,12% dari sehari sebelumnya yang ada di Rp 15.870 per dolar AS.

Baca Juga: Dirut Bank Negara Indonesia (BBNI) Beberkan Keberhasilan dalam 4 Tahun Terakhir

Nafan mengatakan pelemahan rupiah disebabkan oleh arah kebijakan The Fed dan sehubungan dengan kenaikan imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun.

"Wajar dolar AS menjadi instrumen yang menarik diburu sehingga pelemahan rupiah dapat mempengaruhi pergerakan pasar saham dan IHSG," kata dia. 

Direktur Utama RHB Sekuritas Indonesia Thomas Nugroho mencermati secara teknikal, pergerakan IHSG sudah lama dalam tren sideways seiring dengan larinya dana investor asing. 

Menurutnya pemicu utamanya adalah pelemahan nilai tukar rupiah. Saat ini pelaku pasar sedang cemas dan mewanti-wanti kalau Rupiah menembus Rp 16.000 per dolar AS. 

"Jika pelemahan rupiah terjadi akan berlanjut ke pasar. Jadi memang pasar kondisinya sedang tidak bagus, ada perang hingga pemilu," jelas Thomas. 

Momentum yang Menarik

Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas mengatakan koreksi saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk memilih saham dengan fundamental dan prospek yang bagus. 

Untuk mengurangi risiko, investor bisa mencermati saham-saham blue chip atau big caps. Nico mengatakan investor bisa mencermati sektor perbankan dan infrastruktur. 

Saham pilihan Pilarmas Investindo Sekuritas jatuh pada BBCA, BBNI, BBRI dan BMRI, TLKM dan JSMR. Nico memproyeksikan IHSG akan berada di level 7.020-7.080 pada akhir 2023. 

Baca Juga: Di Tengah Tekanan IHSG, Sektor Kesehatan Sempat Menguat, Simak Rekomendasinya

Senada, Thomas menyarankan di koreksi yang melanda investor bisa mencemari saham big caps karena kalau investor asing kembali saham kapitalisasi besar menjadi incaran. 

"Bisa cicil sekarang, mungkin setelah panic attack effect berlalu level 6.500 akan menjadi landasan yang cukup solid bagi IHSG," katanya.

Adapun sektor pilihan Thomas jatuh pada perbankan masih menjadi pilihan seperti BBCA dan BBRI. Dia juga menilai sektor otomotif seperti ASII dapat dilirik. 

Sementara, secara teknikal Nafan mencermati IHSG sudah berada di lower base sehingga masih ada potensi IHSG bisa kembali positif pada November dan Desember mendatang. 

Secara jangka pendek Nafan merekomendasikan akumulasi GGRM dengan target Rp 25.800 dengan support Rp 24.200 dan PGAS dengan target harga Rp 1.370 dan support Rp 1.335. 

 

Baca Juga: IHSG Rebound, Cek Saham Net Buy Terbesar Asing di Akhir Pekan

Kemudian akumulasi ESSA dengan target harga Rp 720, TOWR dengan target di Rp 950. Dia juga merekomendasi akumulasi pada  INDF dengan target di Rp 7.100. 

Secara teknikal Nafan merekomendasikan buy on weakness pada MEDC dengan target harga Rp 1.490, BBRI dengan target di Rp 5.125 dan terakhir BMRI dengan target harga Rp 5.900. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×