Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan timah di paruh pertama tahun ini masih menurun. Namun, harga timah yang masih terus naik menyelamatkan kinerja keuangan PT Timah Tbk (TINS).
Hingga Kamis (4/11), TINS belum menyampaikan laporan keuangan kuartal ketiga 2021. Pada semester pertama 2021, pendapatan TINS tercatat turun 26% secara tahunan. Analis Panin Sekuritas Timothy Wijaya dalam risetnya menulis, pendapatan TINS menurun karena terjadi penurunan produksi.
Produksi bijih timah TINS berjumlah 11.457 ton di semester pertama 2021, turun 54% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 25.081 ton. Produksi logam timah TINS juga turun 57% secara tahunan atau year-on-year (yoy) dari semula 27.833 ton menjadi 11.915 ton.
Baca Juga: Harga timah di pasar fisik BBJ sentuh level tertinggi sepanjang masa
Namun, Timothy menilai peningkatan rata-rata harga jual sebesar 69% dapat mengimbangi penurunan kuantitas penjualan di semester pertama 2021. Laba bersih TINS di semester pertama 2021 mencapai Rp 270,09 miliar dari kerugian enam bulan pertama tahun lalu sebesar Rp 390,7 miliar.
Sukarno Alatas, analis Kiwoom Sekuritas juga mengatakan meski pendapatan TINS menurun, secara keseluruhan kinerja TINS tetap baik karena berhasil mendatangkan laba.
"TINS berhasil menekan pengeluaran sehingga terjadilah efisiensi," kata Sukarno, Kamis (4/11). Sementara, Sukarno mengamati tren rasio profitabilitas naik dan rasio utang menurun.
Artinya, TINS berhasil menjaga komitmen untuk bisa menciptakan kondisi keuangan yang sehat. Alhasil, laba tetap tercipta meski terjadi penurunan pendapatan.
Baca Juga: Jika dapat izin menambang di laut, kontribusi tambang TINS di Belitung bisa 70%
Kinerja keuangan TINS juga dapat terjaga stabil karena tren kenaikan harga timah. Mengutip Bloomberg, Rabu (3/11), harga timah kontrak tiga bulanan di London Metal Exchange menguat 82,58% ke US$ 37.110 per metrik ton.
Sukarno mengatakan jika TINS belum mampu meningkatkan penjualan, paling tidak penurunan kinerja tidak parah karena harga jual masih tinggi. Kenaikan harga timah yang signifikan bisa menjadi sentimen negatif untuk sementara waktu di tengah ekonomi yang belum sepenuhnya pulih.
Namun, jika ekonomi sudah pulih, meski harga timah mahal, permintaan akan tetap ada. "Bagaimanapun pemulihan ekonomi global dapat meningkatkan kinerja TINS sehingga permintaan kembali normal," kata Sukarno.
Baca Juga: Harga logam industri naik, simak rekomendasi saham emiten-emiten tambang ini
Timothy menambahkan kinerja TINS di 2022 akan disokong oleh proyek smelter TSL Ausmel Furnace. Di awal tahun depan, smelter tersebut ditargetkan dapat mengolah 40.000 ton Sn dan dapat melebur bijih timah dengan kadar Sn yang lebih rendah. Alhasil, TINS dapat menurunkan biaya produksi, efisiensi dan meningkatkan produksi logam timah yang lebih ramah lingkungan.
Kinerja TINS juga berpotensi disokong oleh jumlah produksi yang semakin meningkat. Timothy mencatat produksi onshore di kuartal kedua 2021 meningkat menjadi 2.8000 ton Sn atau naik 145% secara kuartalan. Ke depan, produksi onshore akan meningkat karena izin ekspor di kuartal ketiga 2021 banyak yang kedaluwarsa sehingga intensitas illegal mining berkurang.
Timothy merekomendasikan beli TINS dan memasang target harga Rp 1.700 per saham. Rekomendasi Sukarno untuk TINS adalah beli dengan target harga Rp 1.745 per saham. Kompak, Firman Hidayat, analis BNI Sekuritas merekomendasikan beli dengan target harga Rp 1.800 per saham.
Baca Juga: Harga logam industri naik, cek lagi rekomendasi saham emiten sektor ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News