kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Saham lapis kedua sedang unjuk gigi


Kamis, 15 Maret 2018 / 10:36 WIB
Saham lapis kedua sedang unjuk gigi
ILUSTRASI. Sejumlah indeks acuan justru mencetak pertumbuhan di atas kinerja IHSG


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berat untuk bangkit. Kemarin (14/3), indeks kembali melemah 0,47% ke 6.382,62. Sejak awal tahun (ytd), IHSG hanya tumbuh tipis 0,42%. Namun, sejumlah indeks acuan justru mencetak pertumbuhan di atas kinerja IHSG.

KONTAN mencatat, ada tiga indeks acuan dengan pertumbuhan terbesar. Yakni, indeks Pefindo25 yang naik 8,81%, indeks IDX SMC Composite naik 5,98% dan indeks IDX SMC Liquid yang naik 4,83%.

Ada 25 emiten yang masuk daftar Pefindo25. Mereka adalah ACES, ACST, APIC, ARNA, ASMI, ASSA, BCIP, BISI, BOLT dan CSAP. Ada pula  DSFI, KBLI, KREN, LINK, LPPF, MIKA, NRCA, POOL, ROTI dan SAME. Selanjutnya SHIP, SIDO, SMSM, TOTL dan WEHA. Daftar ini berlaku selama enam bulan, sejak 1 Februari hingga 31 Juli 2018.

Jika diukur sejak awal tahun atau year to date (ytd), indeks Pefindo25 cukup positif. Tahun lalu, kinerja Pefindo25 justru di bawah IHSG. Kala IHSG mencetak pertumbuhan hampir 20%, Pefindo25 justru minus 10,8%.

Sementara anggota IDX SCM Composite mencapai 321 saham. Di awal Februari lalu, IDX SCM Composite mengocok portofolio dengan mencoret sembilan saham, yakni ALTO, BDMN, BGTG, CPIN, DART, ISSP, MLPT, MYOR dan PGAS.

Pada saat yang sama, ada 17 saham pendatang baru di IDX SCM Composite. Mereka antara lain ADMG, BBNP, CAMP, CMPP, DWGL, ECII, ENRG, IPCM, JMAS, LTLS, OMRE, PBID, PCAR, PNSE, PORT, SIPD dan SKBM.

Adapun di IDX SMC Likuid terdapat 44 emiten sejak Februari 2018 hingga Juli 2018. Indeks ini diperbarui setelah mengeluarkan 10 saham. Kemudian memasukkan empat saham, yakni BRPT, DOID, SILO dan SRIL.

Dua indeks small-mid caps (SMC) ini punya beberapa kriteria untuk masuk di daftarnya. Yakni emiten dengan kapitalisasi pasar antara Rp 1 triliun hingga Rp 50 triliun. Untuk SMC Likuid, syaratnya antara lain mengacu likuiditas, nilai transaksi, free float dan harga jual saham.

Saham pilihan

Di indeks tersebut, terdapat banyak saham lapis kedua atau secondliner. Analis Binaartha Parama Sekuritas, Muhammad Nafan Aji, menyatakan biasanya trader lebih menyukai trading saham small-mid cap. "Gainnya bisa lebih banyak, sehingga mendorong kenaikan kinerja indeksnya," kata dia kepada KONTAN, Kamis (14/3).

Tingginya volatilitas harga saham memang disukai trader yang berani mengambil risiko. Namun, aksi korporasi, kinerja keuangan dan fundamental emiten bisa menjadi faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih saham itu.

Dari beberapa emiten yang masuk indeks, Nafan menjagokan BSDE, MEDC, WIKA, PTPP, WTON, WSBP, BBTN, BNGA dan WSKT. Selama emiten konstruksi meraih kontrak proyek dengan nilai lebih besar dibandingkan sebelumnya, kinerjanya diprediksi naik. "Sehingga mempengaruhi kenaikan harga sahamnya," lanjut Nafan.

Selain itu, pencapaian kinerja sebelumnya juga bisa menjadi perhatian. Misalnya, BSDE yang memiliki marketing sales positif. Tahun lalu, pendapatan dan laba bersih BSDE naik masing-masing 58,66% dan 173,93%.

Bertoni Rio, Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia, menyatakan, setiap saham yang masuk indeks telah diukur berdasarkan standar tertentu. Dia menilai wajar bila kinerja saham di indeks itu lebih tinggi daripada IHSG. Pasalnya, saham di indeks sudah diseleksi dan jumlahnya terbatas. Sedangkan IHSG meliputi lebih dari 540 saham.

Emiten yang masuk kategori second liner bisa dicermati, misalnya saja BCIP, BKSL, AGRO, AISA dan GJTL. Bertoni menilai koreksi belakangan masih sehat. Sehingga wajar bila pelaku pasar memanfaatkan sentimen negatif eksternal untuk profit taking.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×