Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Meski tipis, tren bullish pasar saham domestik masih terjaga. Pada Selasa (3/2), Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) naik 0,29% menjadi 5.291,72. Sejak awal tahun hingga kemarin (year to date), IHSG mencatat kenaikan 1,24%.
Sejumlah saham papan atas dan papan tengah turut mengawal IHSG. Berdasarkan catatan KONTAN, sedikitnya sembilan saham berhasil menembus rekor tertinggi mereka di Bursa Efek Indonesia pada transaksi kemarin.
Saham sektor konstruksi mendominasi rekor harga. Harga saham PTPP misalnya, menyentuh harga all time high di Rp 4.145 per saham, kemudian WIKA, WTON, NRCA dan ACST.
Salah satu pemicu melesatnya harga sektor konstruksi karena saat ini mendekati pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2015. Berarti proyek infrastruktur segera bergulir. “Proyek pemerintah turut mendongkrak pertumbuhan pendapatan emiten konstruksi,” kata Analis Mandiri Sekuritas Handoko Wijoyo.
Analis Bahana Securities, Bob Setiadi menilai, saham PTPP masih berpeluang naik minimal 10% hingga akhir 2015. Dia merekomendasikan buy PTPP target harga wajar Rp 4.660.
Adapun Handoko menerka PER PTPP 20 kali hingga akhir tahun 2015 dan merekomendasikan buy dengan target Rp 4.200. Dia juga merekomendasikan buy WIKA (Rp 4.000), buy WTON (Rp 1.600) dan neutral WSKT (Rp 1.400).
Saham bank juga menunjukkan taji. Dua dari sembilan saham yang mencetak rekor tertinggi adalah saham bank. Tapi, para investor harus pasang radar. Sepanjang tahun ini tantangan perbankan cukup berat, misalnya suku bunga masih mekar. Di sisi lain, pemerintah meminta bank mengerem kredit.
Bank kelas kakap sepertinya masih berprospek cerah karena masyarakat tetap menjatuhkan pilihan menyimpan dana mereka di bank yang memiliki jaringan infrastruktur kuat. “Bank yang ATM-nya banyak akan tetap dipilih masyarakat,” ujar Analis Batavia Prosperindo Sekuritas Andy Ferdinand.
Bank besar seperti BBNI, BBCA, BMRI dan BBRI tetap diuntungkan. Harga saham BBNI masih berpeluang naik lagi. Tapi, Andy merekomendasikan hold BBNI dengan harga wajar Rp 6.400. Jika target price-book value (PBV) 1,7 kali sampai akhir 2015, Andy memprediksi, return BBNI sebesar 10,24%.
Andy menyarankan hold BBCA dengan target di harga Rp 13.050. “Laporan keuangan kuartal IV belum keluar. Bisa saja nanti target tersebut kami revisi,” ujar dia.
Sedangkan UNVR tetap menjadi primadona sektor konsumer, kendati daya beli turun, "Konsumsi barang pokok terus meningkat," kata Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News