Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan dua saham emiten farmasi milik negara, yakni PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF) kurang memuaskan belakangan ini. Sebelumnya, kedua saham ini kompak terkerek naik seiring dengan sentimen rencana vaksinasi Covid-19.
KAEF misalnya, pada awal perdagangan 2021, masih bertengger di level Rp4.340. Bahkan, saham KAEF sempat menyentuh level Rp 6.975 pada perdagangan 12 Januari 2021, yang merupakan level tertingginya tahun ini.
Namun, pada penutupan perdagangan Jumat (5/3), saham KAEF melemah 1,81% ke level Rp 3.260. Ini artinya, sejak awal tahun KAEF telah melemah 24,8%.
Pun demikian dengan saham INAF. Pada perdagangan awal 2021, saham INAF berada di level Rp 4.150. Saham INAF pun sempat menyentuh level tertingginya tahun ini pada perdagangan 12 Januari 2021, yakni di harga Rp 6.975 juga.
Baca Juga: Saham-saham ini naik fantastis di masa pandemi, simak rekomendasi analis berikut
Namun, saat ini saham INAF berada di harga Rp 3.080. Yang artinya, saham INAF sudah merosot 25,7% sejak awal tahun.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto menyebut, kedua saham emiten farmasi pelat merah tersebut sedang dalam tren menurun (downtrend). William menyebut, proses vaksinasi yang sedang berlangsung saat ini sudah bukan sentimen baru untuk menggerakkan harga kedua saham ini.
“Sebenarnya hanya aksi profit taking atau sell on fact ketika vaksinasi sudah dimulai,” terang William kepada Kontan.co.id, Jumat (5/3).
Senada, Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani menilai, saham KAEF saat ini berada pada trend menurun dengan support pada area Rp 2.900-Rp 3.000. Sedangkan INAF juga berada pada trend turun dengan support Rp 3.000-Rp 3.100
Secara valuasi, meski pergerakan saham-saham ini sudah melandai, Hendriko menilai harganya masih cukup tinggi. Secara valuasi, lanjut Hendriko, kedua emiten diperdagangkan pada valuasi price to earnings ratio (PER) yang cukup tinggi.
Baca Juga: Vaksinasi Gotong Royong Ditanggung Pengusaha, Demi Mempercepat Pemulihan Ekonomi
Hal ini dikarenakan laba KAEF turun cukup jauh sejak tahun 2019, sementara INAF masih mencatatkan kerugian bersih setidaknya pada kuartal ketiga tahun 2020.
“Untuk saat ini kami masih merekomendasikan wait and see. Karena secara teknikal masih cenderung downtrend, dan secara valuasi masih cukup tinggi,” terang Hendriko kepada Kontan.co.id, Jumat (5/3).
Mengutip laporan keuangan, per kuartal ketiga 2020, KAEF membukukan laba bersih tahun berjalan yang diatribusikan ke entitas induk senilai Rp 37,19 miliar, menurun 11,08% dari laba bersih di periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 41,83 miliar. Sementara INAF masih merugi Rp18,8 miliar per akhir September 2020.
Setali tiga uang, William juga merekomendasikan wait and see karena keduanya masih berpotensi mengalami penurunan.
Selanjutnya: Ini perubahan penghuni indeks saham BEI yang berlaku mulai 1 Februari 2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News