Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis rokok tahun ini masih menghadapi tantangan. Hal ini tampak dari pertumbuhan pendapatan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) yang tumbuh 7,25% pada periode Januari-September 2018 secara year on year (yoy).
HMSP meraup pendapatan Rp 77,53 triliun pada sembilan bulan pertama tahun ini dari Rp 72,29 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Laba bersih emiten rokok ini pun hanya naik 3,75% menjadi Rp 9,69 triliun dari sebelumnya Rp 9,34 triliun.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan, saham industri rokok belum menarik untuk dilirik pada investasi jangka panjang. Meskipun, di lihat dari sisi sektor barang konsumsi masih cukup positif prospeknya hingga tahun depan.
"Secara sektor, consumer goods masih akan bagus karena ada pilpres. Namun untuk industri rokok rasanya masih dalam tekanan," kata Hans kepada Kontan.co.id, Rabu (31/10).
Menurutnya, tarif cukai rokok yang cenderung naik setiap tahunnya, membuat industri rokok terus berada dalam tekanan. Ditambah lagi, kesadaran masyarakat akan kesehatan untuk tidak merokok, membuat konsumsi rokok mulai berkurang.
"Meskipun diakui, untuk Indonesia konsumsi rokok masih cukup baik. Tapi, kalau mau melirik saham emiten rokok, kami engga terlalu rekomendasikan saat ini," jelasnya.
Menurut Hans, saham HMSP belum bisa diperdagangkan untuk jangka panjang. Namun, untuk trading atau perdagangan jangka pendek sudah bisa dilakukan dari sekarang.
"Untuk jangka panjang belum, mungkin kalau mau sekarang sell of strength baru setelahnya bisa buy on weakness di level Rp 3.600 hingga Rp 3.650 per saham," tandasnya.
Berdasarkan RTI, pada perdagangan Rabu (31/10) saham HMSP ditutup turun 3,62% ke level Rp 3.730 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News