kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

HMSP: Nasib industri rokok 2019 tergantung tarif cukai


Rabu, 31 Oktober 2018 / 19:42 WIB
HMSP: Nasib industri rokok 2019 tergantung tarif cukai
ILUSTRASI. Tarif Cukai Rokok


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku usaha masih menanti rencana pemerintah untuk menaikkan tarif cukai rokok di 2019. Salah satunya, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) yang sedang memperhitungkan dampak dari kenaikan tersebut terhadap kinerja.

Direktur Utama HMSP Mindaugas Trumpaitis mengatakan, prospek industri rokok Tanah Air ke depan sangat bergantung pada besaran kenaikan tarif cukai rokok oleh pemerintah. Menurutnya, jika itu terlalu tinggi maka berisiko membunuh industri rokok kecil.

Menurutnya, selama kenaikan cukai tersebut masih di kisaran 10% hingga 13%, dampaknya ke industri rokok nasional yakni penurunan 1% hingga 3%. "Namun bagi kami, itu masih bisa ditangani perusahaan, kalaupun ada penurunan itu tidak signifikan, tahun lalu kami turun sekitar 2,6%," kata Mindaugas kepada Kontan.co.id, Selasa (31/10).

Sebaliknya, jika kenaikan cukai melampaui 15% seperti yang terjadi di 2016, maka dia memastikan dampaknya akan sangat signifkan. Namun, Mindaugas mengatakan dalam merespons kebijakan, pihaknya tidak akan mengurangi jumlah karyawan.

"Tahun kemarin, strategi kami tidak mengurangi karyawan meskipun terjadi penurunan dari sisi produksi dan penjualan. Kami memilih kehilangan sedikit margin dibandingkan memangkas karyawan," jelasnya.

Dalam menerapkan kebijakan kenaikan tarif cukai, HMSP menilai ada tiga keseimbangan yang tengah dijaga pemerintah, yakni penerimaan negara, ketenagakerjaan dan kesehatan masyarakat. Upaya tersebut sudah dilakukan pemerintah dalam beberapa tahun terakhir dan HMSP terus mendukung langkah tersebut.

Di sisi lain, terkait tahun pemilu yang akan berlangsung di 2019, HMSP optimistis momentum tersebut tidak akan mempengaruhi konsumsi masyarakat. Ini dilihat dari momentum pemilu sebelumnya dan di beberapa negara lain.

"Kalau lihat ke belakang, tahun pemilu engga akan berdampak ke konsumsi masyarakat, bahkan di beberapa negara lain seperti Malaysia, saat pemilu konsumsi justru bisa bertumbuh," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×