Reporter: Yoliawan H | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tercatat emiten konstruksi swasta masih bergerak positif di tengah emiten konstruksi plat merah yang cenderung masih merosot. Tengok saja saham PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS) yang terpantau masih positif dalam sebulan terakhir.
Berdasarkan data Bloomberg, hari ini (11/7), harga saham TOPS turun 0,51% ke Rp 985 per saham. Secara year to date (ytd), harga saham TOPS menguat 37,57%.
Saham PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) turun tipis 3,03% ke level Rp 640 per saham secara ytd. Saham PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) naik 2,63% sejak awal tahun menjadi Rp 390 per saham. Harga saham PT Acset Indonusa Tbk (ACST) naik 7,72% pada periode yang sama ke Rp 2.650 per saham.
Bandingkan dengan saham konstruksi BUMN yang justru merosot. Harga saham PT Waskita Karya Tbk (WSKT) turun 16,74% secara ytd ke level Rp 1.840 per saham. Harga saham PT PP Tbk (PTPP) turun 19,70% ytd Rp 2.120 per saham. Saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) turun harga 13,55% secara ytd menjadi Rp 1.340 per saham. Satu lagi emiten konstruksi, PT Adhi Karya Tbk (ADHI) turun harga hingga 16,98% secara ytd menjadi Rp 1.565 per saham.
William Hartanto, Analis Panin Sekuritas mengatakan, salah satu hal yang menghambat pertumbuhan emiten konstruksi lain, khususnya BUMN adalah kepastian yang ditunggu investor akan penyelesaian pembangunan yang sedang berlangsung.
“Investor melihat potensi proyek bisa berlanjut atau tidak dari hasil pemilu nanti. Apakah pemimpinnya masih sama atau tergantikan. Jika tergantikan apakah pemimpin yang baru akan melanjutkan pembangunan yang sedang berlangsung atau tidak,” ujar William Kontan.co.id, Rabu (11/7).
Di sisi lain, jika melihat TOPS cenderung lebih menarik karena sebagai sesama konstruksi, emiten ini tidak mengalami masalah cash flow seperti emiten konstruksi BUMN.
Sisi kinerja, Totalindo sudah meraih 51% target kontrak tahun ini. Ini menjadi sentimen positif bagi TOPS yang membuatnya terlihat lebih berprospek di mata para investor.
Jika dilihat sari sisi teknikal, sejak awal IPO saham ini tercatat mengalami tren kenaikan yang berlanjut. “Secara teknikal bergerak naik dengan penurunan terendah hanya sampai MA20,” ujar William.
Bahkan, sebelum stock split terlihat semakin menguat. Setelah stock split, kemungkinan trend naiknya akan berkurang. Menurut William, saham-saham yang melakukan stock split cenderung harganya tidak bergerak melanjutkan tren sebelumnya, contohnya CLEO dan MAPI pasca stock split harganya sulit untuk bertambah tinggi.
“Kemungkinannya ada, namun setelah stock split biasanya aksi jual lebih dominan. Jadi saran saya bagi yang sudah punya TOPS boleh take profit di range Rp 1.020 sampai Rp 1.180,” ujar William
Pun William merekomendasikan saham konstruksi swasta lain seperti NRCA dengan target harga Rp 450 per saham dan ACST dengan target harga Rp 3.000 per saham.
Muhammad Nafan Aji, Analis Binaartha Parama Sekuritas mengatakan, jika dibandingkan dengan emiten konstruksi BUMN, memang emiten konstruksi swasta cenderung tidak terlalu terpengaruh oleh sentimen eksternal.
Saham emiten BUMN yang kompak memerah saat ini lebih disebabkan oleh sentimen eksternal perang dagang yang menyebabkan capital outflow di pasar dalam negeri jadi wajar saham konstruksi BUMN memerah.
Terkait TOPS, menurut Nafan saat ini harga sudah terlampau sangat tinggi dan disarankan untuk hold dan wait and see sampai arahnya menuju level support. “Saya merekomendasi TOTL bisa untuk buy on weakness,” ujar Nafan kepada Kontan.co.id, Rabu (11/7).
Untuk trading jangka pendek, pergerakan TOTL ada di rentang Rp 610 hingga Rp 650. Target price jangka pendek bisa di level Rp 650. Sedangkan untuk jangka menengah target pricenya bisa mencapai Rp 730.
“Secara valuasi PER TOTL sudah 7 kali, jadi sudah tergolong murah dan sudah bisa cicil beli,” tutup Nafan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News