kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Emiten konstruksi swasta harus diversifikasi


Selasa, 26 Desember 2017 / 18:47 WIB
Emiten konstruksi swasta harus diversifikasi


Reporter: Riska Rahman | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi arus kas emiten konstruksi pelat merah sempat menjadi perhatian pelaku pasar beberapa waktu lalu. Namun, ternyata ada beberapa emiten konstruksi swasta yang juga memiliki kondisi arus kas yang minus.

Kondisi arus kas perusahaan BUMN karya yang minus sempat membuat pelaku pasar khawatir. Pasalnya, para emiten konstruksi milik negara ini menggunakan sistem pembayaran turnkey. Status mereka sebagai kontraktor utama alias main contractor pun membuat kondisi kas mereka minus.

Walau tak semua memiliki keadaan yang sama, kondisi ini nampaknya tak berlaku bagi banyak emiten konstruksi swasta. "Kebanyakan dari mereka berperan sebagai sub kontraktor dalam proyek-proyek pemerintah sehingga kondisi kas mereka tetap aman," ujar Analis First Asia Capital David Sutyanto kepada KONTAN, Kamis (21/12).

Posisi sebagai subkontraktor ini membuat emiten konstruksi swasta mendapat bayaran lebih dulu daripada kontraktor utama. Hal ini membuat masalah arus kas negatif tak terjadi pada emiten-emiten konstruksi swasta.

Di tahun depan, David melihat para emiten konstruksi swasta ini harus melakukan diversifikasi bisnis, terutama di proyek-proyek pemerintah. "Emiten konstruksi swasta kebanyakan mengerjakan proyek untuk properti. Sektor ini nampaknya masih belum akan begitu menarik di tahun depan sehingga mereka harus bisa ikut merambah ke proyek-proyek infrastruktur milik pemerintah lainnya untuk menaikkan pendapatan," terang David.

Walau banyak proyek pemerintah diberikan kepada emiten BUMN maupun anak-anak usahanya, David tetap yakin masih ada proyek yang bisa dikerjakan oleh para emiten konstruksi swasta tersebut. Namun, untuk bisa mendapatkan proyek tersebut perusahaan konstruksi swasta harus bisa kompetitif agar mereka bisa mendapatkan porsi dari proyek milik negara tersebut.

David pun memilih saham PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) sebagai saham konstruksi swasta yang paling menarik. Pada penutupan perdagangan Jumat (22/12) lalu, saham TOTL ditutup melemah 0,75% di level Rp 660 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×