Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham emiten konstruksi sedang mengambil nafas sejenak. Setelah sempat naik kencang akibat efek sentimen percepatan pembangunan infrastruktur, saham di sektor itu belum kembali ke performa terbaiknya.
Mayoritas saham konstruksi BUMN bahkan justru memberikan return negatif dalam kurun waktu lima tahun terakhir berdasarkan data RTI. Saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) yang turun 46,21% misalnya.
Setali tiga uang, saham PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) masing-masing mencatat penurunan 16,76% dan 49,21%. Hanya saham WSKT yang naik 52,62%. Namun, jika menggunakan kurun waktu tiga tahun, semua saham tersebut memberikan return negatif.
Investor sejatinya sudah memahami alur bisnis konstruksi. Mau menggunakan pembayaran turnkey atau skema termin sekalipun, kontraktor tetap harus berhutang untuk menalangi proyeknya terlebih dahulu.
Managing Director & Head of Equity Capital Market Samuel Internasional Harry Su mengamini hal tersebut. "Tapi, investor beli saham itu artinya membeli pertumbuhan," ujar Harry, Selasa (23/10).
Harry juga menambahkan, tantangan emiten konstruksi ke depan masih besar. Soalnya, suku bunga sedang meningkat. "Kami netral dengan saham di sektor ini," imbuhnya.
Frederik Rasali, Vice President Research Artha Sekuritas Indonesia, sependapat. Tingginya ekspektasi kinerja emiten konstruksi membuat sahamnya terbang, terlebih saat mulai banyaknya proyek pada 2016.
Namun, pendanaan selain dari pinjaman bank untuk menalangi proyek menjadi sorotan. "Jika mendapat dana cukup murah, kami rasa ini justru bisa jadi penopang," imbuh Frederik.
Frederik masih bullish dengan saham konstruksi. Dari segi teknikal juga sejatinya masih menarik. Cuma memang, teknikal jangka panjang. Saham WSKT misalnya. Frederik merekomendasikan buy dengan target harga Rp 1.750 per saham.
"Ini target teknikal untuk tiga bulan," pungkas Frederik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News