Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek emiten sektor batubara tampaknya masih berat untuk bangkit saat ini. Utamanya, karena dampak dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang masih terus berlanjut.
Analis Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy mengatakan, situasi perang dagang yang tengah berlangsung saat ini, dipastikan memberi dampak negatif bagi seluruh sektor pertambangan. Kondisi tersebut juga berlaku bagi kinerja emiten sektor batubara.
"Ini karena, sebagian besar penjualan komoditas tambang di Asia masih diserap oleh China. Jadi, kalau China semakin larut dengan perang dagang, maka industri manufaktur dan pembangkit listrik juga akan terhambat lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya," ujar Robertus kepada Kontan, Jumat (17/5).
Sebagai gambaran, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa indeks saham pertambangan sepanjang 2019 sudah terkoreksi sebanyak 9,99% dan ditutup pada level 1.599 per saham pada perdagangan Jumat (17/5) lalu.
Robertus juga menilai bahwa tidak ada emiten batubara Tanah Air yang diuntungkan dengan kondisi perang dagang saat ini. Sehingga, cukup memungkinkan bila kinerja emiten sektor batubara tumbuh lebih rendah tahun ini di bandingkan tahun sebelumnya.
"Ya (kinerja tahun ini lebih rendah), dengan catatan bahwa tidak ada solusi perang dagang. Untuk itu, saat ini belum ada saham batubara yang menarik untuk dilirik," jelasnya.
Meskipun begitu, Robertus melihat masih ada ruang bagi investor untuk masuk ke saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI, anggota indeks Kompas100 ini) dengan target harga hingga akhir tahun Rp 400 per saham. Sebagai informasi, pada perdagangan Jumat (19/5) ditutup koreksi 1,75% ke level Rp 112 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News