Reporter: Yuliana Hema | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) sempat mandek di level Rp 50 alias gocap kembali bergejolak. Saham emiten batubara ini dinilai cocok investor yang menyukai volatilitas tinggi.
Berdasarkan data RTI, hingga pukul 9:55 WIB saham BUMI melemah 1,49% di level Rp 66. Adapun BUMI menutup perdagangan, Kamis (30/6), dengan menguat 1,52% ke posisi Rp 67.
Equity Analyst Raditya Pradana menyebut kinerja BUMI menunjukkan peningkatan seiringan dengan adanya super cycle commodity. Namun, secara pergerakan harga saham belum mampu menguat signifikan.
Baca Juga: Mencermati Prospek Saham-saham dengan Pemegang Publik Terbanyak
"Dalam jangka menengah dan panjang BUMI berpotensi menguat ke Rp 90. Dengan katalis utama, perang Rusia dan Ukraina masih terjadi dan harga komoditas terutama batubara tetap tinggi," jelas dia saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (30/6).
Per 31 Mei 2022, jumlah masyarakat yang menggenggam saham BUMI mencapai 103,40 miliar atau setara dengan 80,25% dari total saham yang disetor. Nilai tersebut menjadi yang terbesar di Bursa Efek Indonesia.
Raditya bilang, tingginya jumlah pemegang saham BUMI bisa jadi efek dari kasus di masa lalu, yang mana perusahaan Grup Bakrie ini sempat menjadi saham premium pada masanya.
Sementara itu, Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengingatkan jumlah saham BUMI juga karena ada konversi utang ke saham yang dilakukan perseroan.
"Meski harga batubara sedang baik bisa meningkatkan pendapatan BUMI dan saham yang beredar luar biasa besar, perlu dana yang besar untuk bisa meningkatkan harga saham BUMI," paparnya.
Dia berpendapat saham BUMI sangat volatile cocok untuk investor yang mengincar volatilitas tinggi. Namun, dia menyarankan investor yang ingin masuk ke sektor batubara harus membandingkan dengan emiten lain dari sisi kinerja, prospek dan likuiditas.