Reporter: Dimas Andi, Hasbi Maulana | Editor: Hasbi Maulana
Meski pertumbuhan produksi batubara BUMI tergolong rendah, Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava menyambut positif hasil tersebut. Terlebih, kondisi pasar batubara global dipenuhi ketidakpastian dan harga komoditas ini kerap tertekan di tahun lalu.
Di tengah gejolak harga batubara, BUMI sukses menerapkan keunggulan operasional tambang sehingga produksi batubaranya tetap meningkat.
Dileep menyampaikan, produksi batubara BUMI mayoritas disumbangkan oleh tambang batubara PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia.
“Kami juga sedang menjajaki peluang untuk memasok batubara dari Pendopo Energi Batubara ke pembangkit listrik terdekat,” tambah dia, Selasa (18/2).
Upaya peningkatan produksi batubara di tahun lalu dilakukan BUMI bersamaan dengan kelanjutan agenda restrukturisasi utang.
Baca Juga: Produksi batubara Adaro Energy (ADRO) mencapai 58,03 juta ton sepanjang 2019
BUMI juga sedang gencar mengincar pendapatan lebih dari proyek-proyek non batubara.
“Kami memaksimalkan pendapatan dari tambang batubara, hilirisasi, dan proyek non-batubara seperti produksi emas dari Citra Palu Minerals dan seng dari tambang Dairi,” ungkap dia.
Tahun ini, manajemen BUMI tetap optimistis dengan prospek pasar batubara dan kemampuan produksinya.
Emiten ini membidik produksi batubara lebih dari 90 juta ton di tahun ini atau mengalami peningkatan sekitar 5% secara tahunan.
Catatan Kontan, BUMI mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar US$ 50 juta-US$ 60 juta pada tahun ini untuk melakukan perawatan dan pemeliharaan peralatan operasional tambang.
Hal tersebut diharapkan dapat menunjang pertumbuhan produksi batubara BUMI sepanjang tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News