kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham blue chip jadi pemberat pasar saham, begini saran menyusun portofolio reksadana


Senin, 19 Juli 2021 / 14:26 WIB
Saham blue chip jadi pemberat pasar saham, begini saran menyusun portofolio reksadana
ILUSTRASI. IHSG menguat 1,56% sejak awal tahun hingga Jumat (16/7). Sedangkan LQ45 justru merosot 9,38% pada periode yang sama.


Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham masih tertekan di awal semester kedua ini. Indeks Harga Saham Gabungan hanya tercatat naik 0,68% sejak awal tahun hingga akhir sesi I, Senin (19/7). 

Menurut Investment Specialist Sucor Asset Management Toufan Yamin, di tengah kondisi seperti ini reksadana saham masih cocok jadi pilihan investasi. Apalagi bila kita mempunyai tujuan investasi jangka panjang.

“Karena pasar sedang koreksi, dan valuasi kembali menarik, apalagi dengan kondisi fundamental kalau dari pertengahan 2021 ada perubahan signifikan,” kata Toufan kepada Kontan.co.id, Jumat (16/7).

Toufan juga melihat bahwa saat ini ada anomali. IHSG dan LQ45 yang biasanya tidak terpaut jauh, kini mencatat perbedaan return yang besar. Menurut data BEI, IHSG menguat 1,56% sejak awal tahun hingga Jumat (16/7). Sedangkan LQ45 justru merosot 9,38% pada periode yang sama.

Baca Juga: Pasar masih terpapar dampak corona, investor reksadana bisa apa?

Toufan mengatakan bahwa yang menopang IHSG saat ini adalah di saham-saham seperti ARTO, EMTK, dan di awal tahun ada ANTM. Terkoreksinya saham blue chip yang mengisi indeks LQ45 saat ini karena sentimen sejak bulan Maret, investor lebih memilih saham digital.

“Sedangkan sektor-sektor ekonomi riil seperti bank, tidak terlalu dihiraukan oleh pelaku pasar. Kalau dilihat sendiri juga reksadana saham banyak yang underperfrom terhadap IHSG, karena banyak reksadana saham berinvestasi di saham-saham blue chip,” kata Toufan.

Ini 10 saham movers IHSG sejak awal tahun berdasarkan data BEI:

  1. ARTO
  2. EMTK
  3. TBIG
  4. BBHI
  5. BINA
  6. AGRI
  7. TOWR
  8. AMRT
  9. DMMX
  10. ANTM

Baca Juga: Cermati Obligasi dan Reksadana, Pelaku Pasar Beralih ke Portofolio Berisiko Rendah

Sedangkan 10 saham laggard IHSG adalah

  1. UNVR
  2. BBCA
  3. ASII
  4. HMSP
  5. BBRI
  6. MAYA
  7. UNTR
  8. BRPT
  9. BBNI
  10. SMGR

Baca Juga: Meski pandemi, aset investasi industri asuransi jiwa terus bertumbuh di pasar modal

Touffan mengatakan, saat ini pandangan pasar sedang tertuju pada initial public offering (IPO) yang akan dilakukan oleh perusahaan teknologi besar seperti Bukalapak dan GoTo. Sehingga saham-saham yang terafiliasi dengan Bukalapak dan juga GoTo akan terus naik. 

Hal ini juga diamini oleh Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi. Reza mengatakan bahwa IPO Bukalapak akan membuat reksadana saham menarik. 

“Saya rasa jika tujuan untuk jangka panjang, masih cocok karena kita melihat investasi saham memang untuk jangka panjang. Saat ini yang ditunggu adalah efektivitas vaksin dan IPO Bukalapak,” kata Reza.

Untuk jangka panjang Reza juga melihat bahwa valuasi reksadana saham menarik karena fundamentalnya akan menyusul, terutama dari reksadana yang punya overweight terhadap komoditas. Apalagi saat ini harga komoditas yang sedang tinggi walaupun di laporan keuangan di kuartal kedua 2021 belum tercermin.

Baca Juga: Tetaplah Konsisten Berinvestasi, Meski Penghasilan Berkurang Karena Pandemi

“CPO tumbuh 100% dari 2020, dan tahun ini harga CPO di rupiah dan dolar tertinggi sepanjang sejarah. Batubara juga seperti itu, ini baru kelihatan nanti ketika laporan kinerja di kuartal kedua dan akan terlambat laporannya,” kata dia.

Tapi, Reza melihat bahwa masih ada tantangan yang bisa menghambat pasar saham, yakni peningkatan kasus Covid-19. Dia menambahkan bahwa biaya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di tahun ini akan lebih mahal daripada pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di tahun lalu.

Toufan menilai IHSG berpotensi menguat ke 6.700. Sedangkan Reza menilai IHSG di angka 6.300-6.400 pada akhir tahun. 

Baca Juga: Prodjo Sunarjanto: Investasi Saham Lebih Baik Dilakukan Sejak Usia Muda

Reza mengatakan bahwa investor bisa membagi asetnya 30% ke reksadana saham, 30% ke reksadana campuran, dan 40% ke reksadana pasar uang. 

Sedangkan Toufan menjelaskan ada tiga strategi yang bisa digunakan, yaitu agresif, konservatif, dan moderat. Untuk agresif, dia menyarankan sebesar 60% portofolio di reksadana saham, 30% reksadana pasar uang, dan 10% reksadana pendapatan tetap.

Untuk konservatif, ia menilai bahwa investor bisa menyimpan 70% di reksadana pasar uang, dan sisanya di reksadana pendapatan tetap dengan portofolio obligasi yang cenderung lebih pendek di 1-3 tahun. Untuk moderat, 60% di reksadana campuran dan sisanya di reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang.

Selanjutnya: Investasi di reksadana dan aset kripto meningkat selama pandemi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×