kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investasi di reksadana dan aset kripto meningkat selama pandemi


Kamis, 15 Juli 2021 / 13:14 WIB
Investasi di reksadana dan aset kripto meningkat selama pandemi
ILUSTRASI. Pandemi tidak menyurutkan minat masyarakat menyisihkan pendapatan yang berkurang untuk berinvestasi.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi tidak menyurutkan minat masyarakat menyisihkan pendapatan yang berkurang untuk berinvestasi. Sebagian masyarakat dengan pendapatan yang tidak naik (turun maupun tetap) mulai berinvestasi saat pandemi.

Dalam riset yang dipublikasikan BRIDanareksa Sekuritas, Kamis (15/7), sebanyak 33,3% responden survei berinvestasi dengan alasan sebagai alternatif pemasukan dan sebanyak 33,3% berinvestasi karena adanya kelebihan dana. Sebanyak 30,56% berinvestasi dengan alasan adanya imbal hasil yang lebih besar dan sebanyak 25% berinvestasi karena adanya akses yang lebih mudah serta harga yang relatif murah.

Masyarakat sebagian besar berinvestasi pada instrumen emas, deposito, dan properti tapi dengan tren yang menurun. Adapun reksadana dan mata uang kripto (cryptocurrency) menjadi instrumen investasi dengan kepemilikan yang meningkat selama pandemi. Kepemilikan reksadana naik 2,62% sementara kepemilikan di aset kripto naik 2,66% selama pandemi.

BRIDanareksa Sekuritas juga mencatat, frekuensi investasi serta nominal yang diinvestasikan cenderung menurun selama pandemi. Sebanyak 48,72% responden menyatakan berinvestasi hanya jika ada kelebihan uang. Persentase ini naik dari sebelumnya hanya 37,50% di saat sebelum pandemi. Sementara itu, sebanyak 26,92% menyatakan menambah jumlah investasi dalam 1-3 bulan sekali. Jumlah ini menurun dari saat sebelum pandemi yang mencapai 35%.

Baca Juga: Tips Jaga Keuangan Saat PPKM Darurat

Dalam survei juga diketahui masyarakat menjual sebagian kecil investasi untuk menjadi dana darurat selama pandemi, terutama masyarakat yang pendapatannya menurun. Sebanyak 52,63% responden menjual instrumen investasi untuk dana darurat, disusul untuk memenuhi kebutuhan (31,58%), dialokasikan untuk produk investasi lain (28,07%), dialokasikan ke tabungan (28,07%), hingga dijadikan modal usaha (21,05%).

Adapun resesi ekonomi dan penambahan kasus harian Covid-19 serta distribusi vaksin dikhawatirkan dapat mempengaruhi nilai investasi masyarakat. 

Baca Juga: Resep Freelancer Bisa Merdeka Finansial

Selanjutnya: Waspada pinjol ilegal, modus terbarunya kirim transferan dana tiba-tiba

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×