kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,40   8,81   0.99%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham big cap mengisi sepuluh besar laggard IHSG, berikut rekomendasi analis


Kamis, 20 Agustus 2020 / 19:59 WIB
Saham big cap mengisi sepuluh besar laggard IHSG, berikut rekomendasi analis
ILUSTRASI. Layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia Jakarta, Selasa (4/8). Pada penutupan perdagangan saham, Selasa (4/8/2020), IHSG ditutup naik 68,77 poin atau 1,37 persen ke posisi 5.075,00. Sementara, indeks saham LQ45 juga menguat 2,01 persen ke posisi 78


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham-saham berkapitalisasi pasar besar masih bertengger di sepuluh teratas laggard Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang 2020.

Sebut saja PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk (INTP), dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS).

Padahal, IHSG sendiri sudah memperlihatkan perbaikan performa beberapa bulan belakangan ini. Selama satu bulan terakhir, IHSG naik 4,39% serta meningkat 14,91% dalam tiga bulan ke belakang.
Pada Rabu (19/8), IHSG ditutup turun 0,42% ke level 5.272,81.

Baca Juga: Kabar gembira! Kredit kendaraan bermotor ramah lingkungan bakal bebas uang muka

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama berpendapat, saham-saham tersebut bertengger sebagai laggard IHSG seiring denganĀ  investor yang melakukan aksi ambil keuntungan. Mengingat, harga saham-saham ini sudah naik cukup tinggi.

TLKM misalnya, sejak IHSG mencapai posisi terendah di 3.911 pada 24 Maret 2020, saham TLKM sudah pernah mencapai harga Rp 3.540 per saham. Begitu juga dengan BMRI yang pernah mencapai level Rp 6.275 per saham.

Di sisi lain, TLKM pernah merosot ke posisi terendah di Rp 2.550 dan BMRI Rp 3.660 per saham. Saat ini, harga TLKM per sahamnya adalah sebesar Rp 3.000 dan BMRI Rp 6.100.

Sementara itu, Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony menilai, beberapa saham tersebut menjadi laggard IHSG karena secara fundamental memang tidak menarik dan beberapa tidak likuid. Meskipun begitu, ia melihat kesempatan untuk mengakumulasi beberapa saham yang masih memiliki prospek bagus.

"Secara umum, perusahaan seperti TLKM, BBNI, BMRI, dan PGAS masih cukup menarik karena kinerja yang tergolong masih cukup baik," ungkap Chris saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (19/8). Terlebih lagi, valuasi keempat saham tersebut sudah tergolong murah.

Baca Juga: Tunjang bisnis multifinance, Sinar Mas Multiartha terbitkan obligasi Rp 250 miliar

Dibandingkan dengan harga satu tahun yang lalu, harga saham TLKM saat ini masih lebih rendah 29,91% dan BMRI -21,54%. Bahkan PGAS terkoreksi 34,75% dan BBNI -38,79%. Chris merekomendasikan buy saham TLKM dengan target harga Rp 3.400 per saham, BMRI Rp 7.200, PGAS Rp 1.800, dan BBNI Rp 6.000 per saham.

Bernada serupa, Okie juga menilai, saham BMRI, BBNI, dan PGAS menarik untuk dikoleksi. Menurut Okie, realisasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dapat menopang pertumbuhan BMRI dan BBNI.

Terlebih lagi, saat ini Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan juga cukup tegas dalam menjaga stabilitas kebijakan moneternya. Meskipun rasio kredit bermasalah diproyeksikan meningkat, namun ia melihat adanya potensi perbaikan dari net interest margin (NIM) kedua emiten tersebut pada tahun ini.

Untuk PGAS, ia menilai bisnis gas alam masih cukup prospektif selama intervensi tidak memberikan tekanan pada produsen gas dan permintaan dari kawasan industri tetap tinggi. Apalagi, energi terbarukan menjadi prioritas pengembangan pemerintah, baik dalam negeri maupun luar negeri untuk ke depannya.

Baca Juga: Asing paling banyak melepas saham-saham ini kemarin, Rabu (19/8)

Selain itu, Indonesia juga masih memiliki cadangan gas alam yang cukup besar, yakni 2,8 triliun meter kubik atau 97 triliun kaki kubik. "Meskipun tidak lebih besar dari Rusia, Iran, dan Qatar, tetapi saat ini Indonesia menjadi eksportir terbesar gas alam pada pasar dunia," kata Okie.

Ia merekomendasikan investor untuk mengakumulasi beli saham BMRI dengan target harga Rp 7.025 per saham, BBNI Rp 6.125, dan PGAS Rp 1.570 per saham. Meskipun begitu, ia memprediksi, ketiga saham ini akan turun terlebih dahulu dalam jangka pendek

"Investor dapat memperhatikan secara ketat apabila adanya potensi reversal dalam jangka waktu pendek. Penurunan tersebut dapat dijadikan momentum untuk melakukan pembelian secara bertahap," ucap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×