kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Saham baru akan mengguyur bursa


Kamis, 22 Februari 2018 / 13:05 WIB
Saham baru akan mengguyur bursa
ILUSTRASI. Pasar modal


Reporter: Riska Rahman | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Awal tahun ini, aksi penghimpunan dana di pasar modal domestik mulai ramai. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, setidaknya 16 emiten akan menggelar penerbitan saham baru.

Dari jumlah itu, sebanyak 12 emiten akan menggunakan skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD). "Sementara tiga emiten melalui skema non-HMETD (private placement) dan satu emiten menggunakan skema MESOP," kata Samsul Hidayat, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, pada KONTAN, Rabu (21/2).

Namun dia tidak menyebut identitas emiten dan total dana yang ditargetkan dari aksi korporasi itu.

Berdasarkan penelusuran KONTAN, delapan emiten telah menyatakan niat merilis saham baru lewat skema HMETD. Empat di antaranya merupakan emiten Grup Lippo, yaitu Lippo Karawaci (LPKR), Lippo Cikarang (LPCK), Multipolar (MLPL) dan Matahari Putra Prima (MPPA).

Dua bank, yaitu Bank Maybank Indonesia (BNII) dan QNB Indonesia (BKSW) juga berniat rights issue. Rencana serupa dilontarkan Nusantara Infrastructure (META) dan Barito Pacific Tbk (BRPT).

Di sisi lain, Sidomulyo Selaras (SDMU) dan Surya Citra Media (SCMA) telah memperoleh restu untuk private placement. SDMU membidik dana hingga Rp 30 miliar, sementara SCMA menargetkan Rp 3,57 triliun dari aksi ini.

Sebelumnya, GMF AeroAsia (GMFI) dan Bakrie Sumatera Plantations (UNSP) juga berencana private placement.

Dari aksi korporasi yang akan digelar sampai kuartal II-2018, setidaknya sejumlah emiten membidik dana senilai total sekitar Rp 20,8 triliun. Dari jumlah itu, BRPT membidik dana paling besar, yakni mencapai US$ 1 miliar atau setara sekitar Rp 13,5 triliun. Sebagai perbandingan, merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), awal April 2017, total rights issue yang dihimpun mencapai Rp 9,49 triliun.

Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji menilai rights issue dan private placement bisa menjadi sentimen positif bagi emiten. "Dengan begitu, harga saham mereka berpotensi naik berkat aksi korporasi itu," kata dia kepada KONTAN, Rabu (21/2).

Namun investor harus mencermati tujuan penggunaan dana rights issue dan private placement tersebut. Menurut dia, selama penggunaan dana untuk menopang kinerja emiten, aksi itu menarik bagi investor yang sudah memiliki saham itu maupun belum.

Meski private placement tak terbuka bagi investor publik, saham emiten yang akan melakukan aksi itu seperti SCMA semakin menarik apabila dananya digunakan untuk ekspansi. Investor juga harus memperhatikan valuasi emiten yang akan rights issue dan private placement. Sebab, valuasi bisa dijadikan landasan untuk investasi jangka panjang.

Analis Ekuator Swarna Sekuritas David Sutyanto menilai, rights issue emiten Grup Lippo layak dicermati. Sebab, harga pelaksanaan rights issue Grup Lippo biasanya di bawah harga pasar.

Saham rights issue emiten perbankan juga menarik dieksekusi. Biasanya, bank akan menggunakan dana hasil rights issue untuk memperkuat struktur permodalan dalam rangka naik kelas.

Nafan melihat LPKR dan LPCK bisa masuk portofolio maupun untuk eksekusi HMETD. Meski sektor properti lesu, kedua saham ini dinilai punya valuasi murah dengan PER di bawah 15 kali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×