kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Saham barang konsumsi turun pada Desember 2020, simak prospek dan rekomendasinya


Selasa, 22 Desember 2020 / 08:48 WIB
Saham barang konsumsi turun pada Desember 2020, simak prospek dan rekomendasinya
ILUSTRASI. Karyawan berjalan di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/rwa.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang Desember 2020, sejumlah saham sektor consumer goods menghiasi losers indeks LQ45 dan indeks KOMPAS100. Sebut saja PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yang turun 7,78% ke level Rp 9.775 per saham per Senin (21/12), PT Gudang Garam Tbk (GGRM) -5,58% menjadi Rp 41.850, dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) -4,38% ke Rp 1.530.

Ada juga PT Kino Indonesia Tbk (KINO) yang terkoreksi 4,12% menjadi Rp 7.290 per saham, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) -3,42% ke level Rp 7.050, dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) -1,61% menjadi Rp 7.625 per saham.

Analis Panin Sekuritas Rendy Wijaya mengatakan, penurunan pada saham-saham subsektor fast moving consumer goods (FMCG) disebabkan tingkat kepercayaan konsumen masih cenderung pesimistis sehingga konsumsi masyarakat agak melambat. 

"Selain itu, investor saat ini lebih menitikberatkan investasi pada sektor-sektor lain yang berpotensi mengalami pemulihan kinerja signifikan setelah tertekan akibat pandemi," kata dia saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (21/12).

Baca Juga: Saham barang konsumsi UNVR, INDF, ICBP tertekan di Desember 2020, simak analisisnya

Sebagaimana diketahui, sejak pandemi merebak di Indonesia pada Maret 2020, kinerja fundamental perusahaan FMCG lebih minim dampak. Pergerakan harga sahamnya juga cenderung mengalami penurunan yang lebih terbatas selama masa pandemi ini dibanding sektor lainnya.

Sementara itu, penurunan yang terjadi di subsektor tembakau disebabkan oleh sentimen negatif kenaikan tarif cukai rokok sebesar rata-rata 12,5% pada 2021. 
Menurut Rendy, kenaikan ini akan sangat mempengaruhi beban cukai ke depan di tengah kondisi ekonomi yang masih cenderung mengalami pemulihan yang lambat. Asal tahu saja, cukai rokok memiliki porsi sekitar 50%-60% dari total harga pokok penjualan (HPP) emiten rokok.

Oleh karena itu, Rendy memprediksi, pergerakan saham enam emiten tersebut akan relatif stagnan sampai akhir tahun 2020. 

"Mengingat, sektor-sektor ini sangat bergantung pada pertumbuhan ekonomi ke depan, tetapi jumlah kasus positif harian masih terus meningkat sehingga aktivitas masyarakat juga masih terhambat," ucap dia.

Rendy melihat, kinerja bisnis dan saham keenam emiten tersebut akan kembali cerah setelah vaksinasi berlangsung sehingga aktivitas masyarakat bisa semakin pulih. Nantinya, kondisi ini akan memperbaiki belanja masyarakat yang menjadi sentimen positif bagi saham-saham tersebut.

Di sisi lain, Rendy menilai, penurunan harga saham belakangan ini dapat menjadi kesempatan investor untuk mengoleksi saham-saham tersebut. 

Ia merekomendasikan buy ICBP dengan target harga Rp 12.450 per saham, INDF Rp 8.850, dan GGRM Rp 55.000. 

Sementara itu, ia merekomendasikan hold UNVR dengan target harga Rp 8.500 per saham dan HMSP Rp 1.600.

Selanjutnya: Menguat hari ini, IHSG rawan profit taking pada perdagangan Selasa (22/12)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×