Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
Alasan lainnya yang memungkinkan adalah para investor melihat adanya sentimen positif dari proyeksi suku bunga yang mendekati akhir dari siklus, di mana para pelaku pasar mulai mengantisipasi akan mulai terdapat pemangkasan bunga pada akhir tahun sehingga akan memicu pertumbuhan ekonomi lebih kuat.
Di sisi lain meski tidak sekuat daya tahan bank-bank big caps, bank lapis dua selama memiliki fundamental yang baik dan adanya potensi valuasi di masa yang akan datang, maka membeli merupakan kesempatan bagi investor, sementara pilihan lainnya adalah menunggu.
"Rekomendasi kami untuk saham perbankan lapis dua cenderung untuk trading buy, risikonya lumayan tinggi karena sudah naik cukup tinggi sepekan terakhir, namun secara momentum masih cenderung menguat dalam jangka pendek," kata Nafan.
Baca Juga: Kinerja Bank Menengah Mulai Mengendur
Nafan juga mengatakan belum ada alasan kuat secara fundamental selain valuasinya yang relatif rendah. Sehingga kemungkinan kenaikan ini mungkin tidak akan bertahan lama dan perlu dipantau lebih ketat.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia M. Nafan Aji Gusta mengatakan harga saham yang murah jika dilihat dari besaran PBV juga tidak bisa menjadi patokan membeli saham tersebut, dia bilang "Tapi perlu dilihat juga valuasinya ya, bank lapis dua tersebut (BGTG, MAYA) valuasinya masih kecil, jadi not rated untuk rekomendasinya. Kalau mau saya rekomendasikan BRIS," kata Nafan.
Sementara itu Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus merekomendasikan merekomendasikan bank-bank lapis dua dengan valuasi yang lebih baik.
"Kalau boleh menyampaikan rekomendasinya ada BNGA, BRIS, BTPN ini terliha tmenarik," katanya kepada Kontan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News