kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham bank BUKU IV kompak menguat, simak rekomendasi berikut


Kamis, 08 Oktober 2020 / 19:54 WIB
Saham bank BUKU IV kompak menguat, simak rekomendasi berikut
ILUSTRASI. Bank BUKU IV sejauh ini masih memiliki prospek yang baik meski ada kenaikan kredit bermasalah.


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan saham emiten perbankan bank umum kegiatan usaha (BUKU) IV mayoritas parkir di zona hijau pada akhir perdagangan Kamis (8/10). Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menguat 0,43% ke harga Rp 28.900, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) naik 0,96% ke harga Rp 3.150, dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) turut meningkat 0,68% ke Rp 740.

Selanjutnya, saham PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) terbang 4,67% ke harga Rp 785 dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) melesat 0,90% ke harga Rp 2.240 per saham. Sementara saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) stagnan di Rp 4.670 dan Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) terkoreksi 1,80% ke Rp 5.450 per saham.

Analis Pilarmas Invesntindo Sekuritas Okie Ardiastama mengatakan, salah satu faktor yang mengerek saham-saham perbankan BUKU IV ialah pengesahan Undang-Undang (UU) Cipta Kerja atau Omnibus Law. Menurut dia, harapan dari Omnibus Law terhadap perbaikan birokrasi investasi menjadi pemicu kenaikan harga saham-saham tersebut.

"Sebagai leading sektor, perbankan tentu mendapat dampak yang cukup besar apabila aliran investasi masuk, dapat memberikan trigger pemulihan ekonomi dalam negeri," ungkap Okie kepada Kontan.co.id, Kamis (8/10).

Baca Juga: Walau ada pandemi corona, banyak bank masih bisa naik kelas di tahun ini

Okie melihat, bank BUKU IV sejauh ini masih memiliki prospek yang cukup baik meskipun ada kenaikan kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) sepanjang semester pertama tahun ini. Hal tersebut tak lepas dari kondisi bisnis yang tertekan, sehingga mempengaruhi pembayaran kredit.

Walaupun begitu, dia bilang ada potensi perbaikan kinerja pada paruh kedua tahun ini seiring dengan pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan penerapan PSBB jilid dua yang terbilang lebih baik ketimbang penerapan PSBB pada semester I 2020 yang lalu.

Sementara itu, Kepala Riset Samuel Sekuritas Suria Dharma menuturkan, kinerja perbankan masih akan tertekan walaupun ada relaksasi PSBB. Pasalnya, restrukturisasi kredit akibat pandemi masih akan mempengaruhi tingkat keuntungan perbankan.

Baca Juga: Percakapan belanja online di Twitter meningkat selama pandemi corona

Saham Pilihan

Saham Pilihan

Meski demikian saham empat bank terbesar alias the big four masih jadi pilihan. Padahal, selain keempat saham tersebut masih ada saham-saham perbankan BUKU IV lain seperti BNGA, PNBN, dan BDMN.

Suria menilai, saham Bank Danamon Indonesia menjadi kurang menarik setelah ada akuisisi oleh Mitsubishi UFJ FInancial Group (MUFG). Dalam RTI tercatat saat ini kepemilikan MUFG atas BDMN sebesar 92,47%, banyaknya porsi kepemilikan MUFG hanya menyisakan 7,53% kepemilikan publik sehingga membuat emiten perbankan ini menjadi kurang likuid.

Kepemilikan publik atas BNGA juga hanya tercatat 7,7%. "Dalam kondisi normal kalau saya lihat return on equity (ROE) Bank CIMB Niaga kurang tinggi ketimbang yang lain," imbuhnya.

Kemudian, sambungnya, salah satu faktor saham PNBN kurang diminati lantaran emiten tersebut ogah membagi dividen. Memang, emiten ini kembali memutuskan untuk tidak membagikan dividen 2019 atas laba bersih senilai Rp 3,06 triliun.

Baca Juga: IHSG naik empat hari berturut-turut ke 5.039 hingga Kamis (8/10)

Secara kinerja, Suria menjelaskan PNBN masih mencatat kenaikan laba hingga Agustus 2020. Dalam catatan Kontan.co.id, hingga semester I-2020 PNBN berhasil mencetak laba bersih Rp 1,34 triliun. "PNBN lebih karena tidak membagi dividen, kalau dari valuasi sih terbilang murah (PBV 0,46 kali)," ungkapnya.

Makanya, Suria menjagokan saham-saham seperti BBCA, BMRI, BBRI, dan BBNI. Dia memasang target harga Rp 32.000 untuk BBCA, kemudian BBRI dengan target harga Rp 3.800, BBNI dengan target harga Rp 6.000 dan BMRI dengan target harga Rp 7.700 untuk jangka satu tahun ke depan.

Baca Juga: Kasus hukum di sektor perbankan mulai marak pada bulan Oktober 2020

Okie juga sependapat, menurutnya faktor likuiditas saham dan jumlah cakupan pasar di Indonesia memang menjadi pertimbangan tersendiri. Okie menambahkan saham PNBN, BNGA, dan BDMN akan menarik jika ada aksi korporasi yang dinilai dapat memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan bisnis.

Oleh karena itu, Okie juga lebih menyukai saham-saham BBCA, BBRI, BMRI dan BBNI. Okie memasang target harga Rp 31.250 untuk saham BBCA, BBRI dengan target harga Rp 3.320, BMRI dengan target harga Rp 5.800, dan BBNI dengan target harga Rp 5.100. "Selain sebagai garda depan dalam pemulihan ekonomi nasional, kinerja bank tersebut dinilai dapat lebih unggul dari pada kinerja saham bank lainnya," pungkas Okie.

Baca Juga: Investor Reksadana Masih Menghindari Fluktuasi Saham

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×