Sumber: KONTAN |
JAKARTA. Ekonomi Amerika Serikat (AS) belum keluar dari krisis. Namun sejak pekan lalu sentimen positif membuat nilai tukar dolar AS menguat. Sementara sejumlah mata uang lain, seperti euro, poundsterling, dolar Australia, dan dolar Selandia Baru harus takluk terhadap mata uang Paman Sam ini.
Data Bloomberg memperlihatkan, sejumlah mata uang dunia terkoreksi. Koreksi paling dalam terjadi pada poundsterling yang melemah 0,785% menjadi US$ 1,643 per poundsterling dari posisi penutupan perdagangan sebelumnya sebesar US$ 1,656 per poundsterling. Dolar Selandia Baru turun 0,741% dari US$ 0,675 per dolar Selandia Baru menjadi US$ 0,67 per dolar dolar Selandia Baru.
Kepala Tresuri Bank OCBC NISP Suriyanto Chang menilai, penguatan dolar AS terhadap mata uang utama dunia disebabkan aksi ambil untung investor global.
Menurut Head of Consumer Banking Dealer Wealth Management Standard Chartered Bank Wang Wardhana, dolar menguat karena para investor dunia memperkirakan pemulihan ekonomi global tidak sesuai dengan perkiraan semula sehingga mereka kembali membeli dolar AS.
Akibatnya dolar AS menguat. "Ini kesempatan untuk berburu mata uang utama dunia selain dolar," kata Wang.
Ia memperkirakan, penguatan dolar akan berlangsung hingga akhir tahun ini. Namun untuk sebulan ke depan, euro dan dolar Australia akan kembali bangkit. Euro bisa mencapai US$ 1,45 per euro. Sementara dolar Australia bisa menguat menjadi US$ 0,85 per dolar Australia.
Bila berminat mengoleksi euro, Wang menyarankan agar investor membeli euro ketika berada di kisaran US$ 1,43-US$ 1,44 per euro.
Poundsterling berpotensi menembus US$ 1,65 per poundsterling dalam jangka pendek. "Jika level itu tembus, akhir tahun poundsterling bisa menembus US$ 1,68 per poundsterling," kata Wang.
Namun Suriyanto punya pendapat sebaliknya. Dia menyarankan investor jangka pendek bersabar sejenak jika ingin mengoleksi euro, poundsterling, maupun dolar Australia. Sebab dalam jangka pendek, dolar AS masih berpotensi menguat lagi.
Namun di akhir tahun nanti, Suriyanto meramalkan dolar AS akan melemah, dan mata uang lain akan menguat. Dia memperkirakan, di akhir tahun euro berpotensi menembus US$ 1,5 per euro. Adapun batas bawah (support) euro adalah US$ 1,36 per euro. Adapun dolar Australia berpotensi menguat ke US$ 0,90 per dolar Australia.
"Saat berada di level ini, investor boleh melakukan ambil untung. Jika dolar Australia terus turun dan menyentuh US$ 0,78 per dolar Australia, silakan lepas juga," sarannya.
Dalam hitungan Suriyanto, dolar Selandia Baru pun masih berpotensi menguat ke US$ 0,71 per dolar Selandia baru pada akhir tahun. Jika mata uang berjuluk dolar Kiwi ini terus melorot ke level US$ 0,62 investor sebaiknya segera menjualnya.
Bagaimana dengan mata uang Inggris? "Untuk poundsterling, saya perkirakan akan menyentuh level US$ 1,68 per poundsterling pada akhir tahun nanti," kata Suriyanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News