Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - Saatnya kembali mencermati saham konstruksi pelat merah. Pasalnya, muncul sinyal bahwa saham di sektor tersebut akan kembali menguat.
Sejak awal tahun hingga akhir pekan lalu, harga empat saham konstruksi BUMN, yakni WIKA, WSKT, PTPP dan ADHI, melemah. Apabila dirata-rata, penurunannya mencapai 19%.
Jika melihat posisi itu, artinya kinerja sektor saham konstruksi BUMN kalah (underperform) dibanding Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Di periode yang sama, IHSG menguat 11%.
Meski demikian, bukan berarti saham konstruksi perlu dihindari. Justru, pelemahan tersebut bisa menjadi peluang untuk kembali mengoleksi. "Pemerintah masih tetap berkomitmen melanjutkan program percepatan infrastruktur," ujar analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji, kepada KONTAN, Jumat (8/9) lalu.
Masalah dana infrastruktur yang selama ini menjadi isu penghambat seharusnya mulai mereda. Apalagi, saat ini sudah memasuki periode di mana kontrak yang diraih emiten konstruksi pelat merah mulai ramai.
Sinyal menanjak
Bukan hanya dari sisi fundamental, indikator teknikal pun mendukung sinyal pembalikan arah saham konstruksi. Ini tercermin dari pergerakan indeks saham infrastruktur yang secara umum membentuk pola bullish dragonfly doji star candle.
Indikator tersebut mengindikasikan adanya bullish continuation pada pergerakan saham sektor tersebut. "Ini berdasarkan weekly chart, sehingga masih berpotensi untuk menguat," imbuh Nafan.
Tekanan yang terus terjadi membuat valuasi saham sektor konstruksi pelat merah justru menjadi lebih murah. Tren penurunan itu membuat rata-rata price earning ratio (PER) saham konstruksi di level 10,4 kali.
Valuasi ini mencerminkan rata-rata pendapatan emiten konstruksi BUMN pada tahun depan bakal turun 10%. Namun, jika melihat performa saat ini, emiten di sektor ini masih berpotensi mencetak kinerja positif. "Diperkirakan sektor konstruksi masih mampu memberikan pertumbuhan pendapatan 42% pada 2017-2018," jelas Adrianus Bias Prasuryo, analis UOB Kay Hian.
Ia menambahkan, salah satu sentimen yang signifikan adalah anggaran belanja pemerintah yang sebelumnya sempat dikhawatirkan turun, nyatanya tidak. Tahun ini, pemerintah justru mengerek APBN sebesar Rp 18,4 triliun menjadi Rp 2.099 triliun.
APBN tahun depan juga naik menjadi Rp 2.204 triliun. Komitmen pemerintah menggeber infrastruktur juga tercermin dari kenaikan anggaran belanja infrastruktur 2018 jadi Rp 409 triliun. "Seharusnya sentimen anggaran belanja pemerintah sudah ternetralisir," kata Adrianus.
Mengacu kondisi tersebut, ia punya tiga saham unggulan: ADHI, WTON dan WSKT. Adrianus merekomendasikan buy tiga saham itu dengan target masing-masing Rp 3.200, Rp 1.000, dan Rp 3.000 per saham.
Sementara Nafan menjagokan WSKT dan WIKA, dengan target harga masing-masing Rp 2.560 dan Rp 2.200 per saham.
Namun, Adrianus melihat, masih ada sejumlah faktor yang menjadi risiko sektor konstruksi. Salah satunya, pendapatan pemerintah yang justru di bawah target. "Tensi tinggi mendekati pemilihan umum 2019 juga menjadi salah satu risiko," pungkas Adrianus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News