Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - Saham sektor konstruksi BUMN terus tertekan sejak awal tahun. Namun, tekanan yang terus terjadi justru membuat valuasi saham emiten konstruksi pelat merah menjadi lebih murah. Tren penurunan itu membuat rata-rata price earning ratio (PER) saham konstruksi ada di level Rp 10,4 kali.
Valuasi itu mencerminkan rata-rata pendapatan emiten konstruksi pelat merah tahun depan bakal turun sekitar 10%. Namun, jika melihat performa saat ini, emiten di sektor tersebut justru masih berpotensi memberikan kinerja yang positif.
"Diperkirakan sektor tersebut masih mampu memberikan pertumbuhan pendapatan 42% pada periode 2017-2018," jelas Adrianus Bias Prasuryo analis UOB Kay Hian dalam riset 6 Agustus.
Ia menambahkan, salah satu sentimen yang cukup signifikan adalah anggaran belanja pemerintah yang sebelumnya sempat dikhawatirkan akan turun. Nyatanya, tidak.
Pemerintah justru meningkatkan anggaran sebesar Rp 18,4 triliun menjadi Rp 2.099 triliun. Anggaran belanja tahun depan juga diajukan naik jadi Rp 2.204 triliun. Komitmen pemerintah untuk fokus pada pembangunan infrastruktur juga tercermin dari dinaikkannya anggaran belanja infrastruktur tahun depan menjadi Rp 409 triliun. "Jadi, seharusnya sentimen terkait anggaran belanja pemerintah sudah ternetralisir," kata Adrianus.
Jika mengacu pada kondisi tersebut, Adrianus punya tiga saham yang menjadi unggulan. Ketiganya adalah saham ADHI, WTON, dan WSKT.
Adrianus merekomendasikan buy ketiga saham tersebut. Adapun masing-masing target harganya di level Rp 3.200, Rp 1.000 dan Rp 3.000 per saham.
Sementara, M. Nafan Aji, analis Binaartha Parama Sekuritas menjagokan saham WSKT dengan target harga Rp 2.560 per saham. Ia juga merekomendasikan buy saham WIKA dengan target harga Rp 2.200 per saham.
Meski demikian, Adrianus menambahkan, masih ada sejumlah faktor yang menjadi risiko sektor tersebut. Salah satunya, pendapatan pemerintah yang justru di bawah target. "Tensi tinggi mendekati pemilihan umum 2019 juga mnjadi salah satu risiko," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News