Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun hingga penutupan perdagangan Jumat (27/4) kinerja indeks BUMN20 tercatat lebih buruk bila dibandingkan IHSG. Adapun BUMN20 mengalami penurunan 38,92% year to date (ytd) sedangkan IHSG penurunannya 28,63% ytd.
Kinerja BUMN20 bahkan lebih buruk dari indeks LQ45 yang tercatat turun 34,58% ytd.
Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan indeks BUMN20 mengalami kinerja buruk lantaran emiten perbankan dengan kapitalisasi besar juga masuk dalam indeks tersebut antara lain PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
"Krisis ini agak berat bagi industri perbankan karena kalau kita lihat kredit macet pasti naik," jelas Hans Kwee kepada Kontan.co.id, Senin (27/4).
Baca Juga: IHSG terkoreksi 2,99% sepekan lalu, reksadana berbasis saham ikut turun
Tekanan perbankan ini merupakan rentetan dari tekanan yang dihadapi oleh industri selama masa pandemi Covid-19 ini.
Hans Kwee menjelaskan saat ini perusahaan cenderung membutuhkan uang tunai sehingga akan banyak perusahaan yang menarik dananya dari bank. Selain itu, turunnya pendapatan perusahaan saat ini juga berimbas pada pembayaran kredit yang akan terhambat.
Hans juga menyoroti per sektor, di mana secara umum tiap sektor mengalami tekanan pendapatan akibat bisnis yang sulit bergerak di masa pandemi Covid-19 ini.
Dia mencontohkan saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIIA) yang turut tertekan sejalan dengan turunnya trafik penerbangan. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) juga turut tertekan akibat berkurangnya pembangunan.
"Sektor konstruksi juga tertekan karena bisnis tidak terlalu jalan dan pemerintah melakukan realokasi budget. Dan ini nanti keuangan mereka terganggu karena mengandalkan proyek pemerintah, padahal pemerintah saat ini paling banyak mengalokasikan budget untuk Covid-19," jelas Hans.
Menurutnya dua sektor milik negara yang masih bisa bertahan saat ini adalah farmasi dan telekomunikasi. Pendapatan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) didukung oleh peningkatan trafik sejak pemberlakuan work from home (WFH).
Adapun trafik data naik 15%-16%, pemakaian untuk whatsapp, line dan telegram naik 40%, game online naik 30%, streaming naik 17% dan layanan rumahan seperti belanja online naik 20%. Tapi di sisi lain TLKM mengalami tekanan dari klien korporasi.
Hal-hal tersebut yang membuat kinerja BUMN yang tercermin di indeks BUMN20 terlihat lebih buruk. Namun, Hans berpendapat saat nanti IHSG pulih saham-saham BUMN akan pulih lebih cepat didorong oleh sektor perbankan dan komoditas.
Bicara soal waktu pemulihan pasar saham, Hans mengatakan semua tergantung kapan pandemi Covid-19 akan berlalu. Sejauh ini kasus Covid-19 akan mencapai puncak Juni 2020 dan akan segera berlalu. Dengan proyeksi tersebut, ekonomi akan pulih dalam waktu enam bulan ke depan.
"Nah pasar saham mungkin bergerak lebih cepat sekitar tiga bulan di depannya. kalau bicara itu maka di kuartal IV-2020 pasar saham bisa rally, kalaupun delay tahun depan baru rally," jelas dia.
Baca Juga: IHSG turun 0,13% ke 4.490 pada akhir perdagangan sesi I hari ini
Dengan asumsi tersebut, pasar saham akan digerakkan oleh saham perbankan yang kebanyakan memang merupakan perusahaan pelat merah. Dus saham-saham BUMN juga akan menguat lebih cepat dari pada IHSG.
Dus, Hans Kwee mengatakan saat ini merupakan waktu yang tepat untuk mengoleksi saham BUMN terutama di sektor perbankan. Apalagi saat IHSG menyentuh level 4.100 - 4.200 kembali. Dia menyarankan saham BMRI, BBRI dan BBNI yang saat ini sudah mendekati level bottom sebelumnya. "Jadi bisa mulai akumulasi," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News