Reporter: Astri Kharina Bangun | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kondisi pasar modal Indonesia tahun ini akan lebih volatil dibandingkan tahun lalu. Koreksi-koreksi jangka pendek terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berpotensi terjadi. Kendati demikian, trend bullish masih bakal berlanjut.
Demikian disampaikan Vice President, Research & Anaysis Valbury Asia Futures Nico Omer dalam Launching Indonesia Financial Expo&Forum 2011, Rabu, (2/2). Menurut Nico, secara teknikal bursa saham Amerika Serikat sudah berada di level jenuh beli (overbought).
"Koreksi yang signifikan antara 5%-10% dapat mengejutkan investor setiap saat," kata Nico.
Faktor lain yang perlu diwaspadai investor terkait volatilitas bursa lokal tahun ini adalah stagflasi di negara-negara maju. Nico berpendapat, inflasi di banyak negara akan cenderung naik, termasuk Indonesia. "Tidak akan turun di bawah 6%," imbuhnya.
Di sisi lain, perekonomian Asia diproyeksikan akan sangat baik dibandingkan negara-negara maju tahun ini. Apalagi Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang masih bergulat dengan kondisi perekonomian mereka. "Pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa sekitar 6%-8%," kata Nico.
Sementara itu, sektor komoditas diperkirakan akan semakin naik harganya sebagai imbas melemahnya dollar AS. Alhasil, saham-saham komoditas terutama batubara dan crude palm oil (CPO). Komoditas lainnya yang berprospek bagus di tengah tingginya laju inflasi adalah perak dan emas.
"Perak dan emas termasuk inflation hedge yang sangat baik. Setidaknya miliki investasi 10% ke emas dan perak," demikian rekomendasi Nico.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News