Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Sempat mencetak level tertinggi di tengah pekan, harga emas ternyata kembali melemah sepanjang pekan ini. Invasi Rusia ke Ukraina memicu perubahan tajam di pasar logam mulia pada pekan ini.
Jumat (25/2), harga emas spot ditutup melemah 0,8% ke US$ 1.889,34 per ons troi. Sepanjang sesi ini, emas bergerak di antara penguatan dan pelemahan. Alhasil di pekan ini emas spot sudah melemah 0,5%.
Sementara itu, harga emas berjangka untuk kontrak pengiriman April 2022 juga anjlok 2% menjadi US$ 1.887,60 per ons troi. Ini membuat emas berjangka tergelincir 0,6% dalam seminggu terakhir.
"Kami pikir penurunan harga terlalu dini, ada risiko eskalasi lebih lanjut dalam konflik dan bisa jadi hanya koreksi sementara," kata analis Commerzbank Daniel Briesemann.
Beberapa pelaku pasar percaya sanksi yang dijatuhkan oleh Negara Barat terhadap Rusia tidak cukup keras, Briesemann menambahkan.
Harga logam safe-haven ini sempat menguat lebih dari 3% ke level US$ 1.973,96 di sesi terakhir setelah Rusia menyerang Ukraina. Namun, akhirnya harga emas melemah hampir US$ 90 dari level tertingginya.
Baca Juga: Harga Emas Semakin Berkilau di Tengah Krisis Eropa Timur
"Kenaikan dramatis yang diikuti oleh penurunan dramatis sangat dimotivasi secara teknis," kata David Meger, Director of Metals Trading High Ridge Futures.
Rebound di pasar saham global juga membebani pergerakan aset logam safe-haven, bahkan ketika analis memperkirakan volatilitas pasar akan tetap tinggi.
"Premi risiko dan permintaan safe haven akan terus mendukung emas, tetapi kenaikan dibatasi oleh kemungkinan kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve AS yang terjadi pada Maret ini," kata Xaio Fu, Head of Commodities Markets Strategy di Bank of China International.
Pada perdagangan ini, harga paladium juga anjlok 1,3% menjadi US$ 2.372,19 per ons troi. Paladium sempat menyentuh US$ 2.711,18 per ons troi pada sesi Kamis, yang merupakan level tertinggi sejak Juli.
"Paladium adalah logam mulia yang paling rentan terhadap invasi Rusia ke Ukraina," kata Carlo Alberto De Casa, External Market Analyst di Kinesis.
Dengan Rusia menjadi produsen paladium terbesar, kemungkinan sanksi yang semakin ketat terhadap negara dan perusahaannya meningkatkan prospek kekurangan pasokan yang mendorong harga, tambah De Casa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News