Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai tukar rupiah mengawali pekan ini dengan pelemahan, Senin (13/1). Data tenaga kerja dan antisipasi jelang rilis data inflasi Amerika Serikat (AS), menekan rupiah.
Berdasarkan data Bloomberg, Senin (13/1), rupiah melemah 0,57% ke level Rp 16.283 per dolar AS daripada posisi akhir pekan lalu Rp 16.190 per dolar AS. Sementara itu, rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) melemah 0,53% secara harian ke level Rp 16.281 per dolar AS daripada posisi penutupan sebelumnya Rp 16.194 per dolar AS.
Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mencermati, pelemahan rupiah di perdagangan awal pekan ini sejalan dengan kuatnya dolar AS terhadap mata uang utama dunia.
‘’Kenaikan dolar AS dipicu data ekonomi Amerika yang positif seperti laporan tenaga kerja yang kuat, meningkatkan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan mempertahankan kebijakan moneter,’’ kata Nanang saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (13/1).
Baca Juga: Dana Asing Berpotensi Lanjut Keluar Hingga Kuartal I-2025
Adapun data Non Farm Payroll (NFP) AS untuk bulan Desember yang dirilis Jumat (10/1), secara tak terduga naik. Laporan ketenagakerjaan resmi AS menunjukkan bahwa 256 ribu pekerja baru bertambah dibandingkan dengan 212 ribu, yang direvisi lebih rendah dari 227 ribu. Data NFP AS sekali lagi mengalahkan ekspektasi pasar di 160 ribu.
Nanang menambahkan, imbal hasil obligasi Amerika terutama tenor 10 tahun meningkat, menarik aliran modal ke AS dan menekan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah. Selain itu, pasar mengantisipasi rilisan data inflasi AS tengah pekan ini yang diperkirakan akan kembali naik, sehingga menargetkan kebijakan longgar tidak begitu ketat.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, depresiasi rupiah sejalan dengan kuatnya dolar AS secara global, menyusul data ketenagakerjaan AS bulan Desember menunjukkan pengetatan. Ketatnya data tenaga kerja AS mengakibatkan kekhawatiran terkait dengan arah kebijakan yang ‘high-for-longer’ dari the Fed.
Josua memperkirakan, rupiah masih akan melanjutkan pelemahan pada hari Selasa (14/1). Proyeksi tersebut karena menilai potensi berlanjutnya ketidakpastian terkait arah suku bunga the Fed.
‘’Rupiah diperkirakan masih akan melanjutkan pelemahan, meskipun lebih terbatas,’’ ucap Josua kepada Kontan.co.id, Senin (13/1).
Baca Juga: Kompak, Rupiah Jisdor Melemah 0,54% ke Rp 16.281 Per Dolar AS Pada Senin (13/1)
Nanang menuturkan, perlu diperhatikan adanya peningkatan arus modal asing keluar dari pasar keuangan Indonesia, baik dari pasar saham maupun obligasi. Arus keluar (outflow) dapat memberikan tekanan tambahan pada Rupiah.
Di satu sisi, kebutuhan korporasi untuk membayar utang luar negeri atau impor meningkatkan permintaan terhadap dolar AS. Sentimen ini pada akhirnya juga berpotensi menekan nilai tukar rupiah.
‘’Kembali dengan sentimen yang ada saat ini, pergerakan rupiah untuk esok diperkirakan masih berfluktuasi dengan kecenderungan melemah. Pasar sembari memperhatikan perkembangan domestik dan luar, terutama inflasi Amerika,’’ sebut Nanang.
Nanang memproyeksi rupiah akan bergerak dalam rentang harga Rp 16.200 per dolar AS-Rp 16.340 per dolar AS di perdagangan Selasa (14/1). Sedangkan, Josua memperkirakan Rupiah akan berada dalam rentang harga Rp 16.250 per dolar AS–Rp 16.350 per dolar AS.
Selanjutnya: Dana Asing Berpotensi Lanjut Keluar Hingga Kuartal I-2025
Menarik Dibaca: Baik untuk Diabetes, Ini 9 Manfaat Daun Jambu Biji untuk Kesehatan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News