Reporter: Nadya Zahira | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (22/5). Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot ditutup naik 0,02% atau 3,5 poin ke posisi Rp 15.995 per dolar AS.
Sedangkan di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), juga naik 0,18% ke Rp 15.995 per dolar AS.
Analis Pasar Mata Uang, Lukman Leong mengatakan bahwa dalam sepekan ini, rupiah relatif tertekan terhadap dolar AS setelah pernyataan-pernyataan yang hawkish dari pejabat-pejabat the Fed. Dia melihat, tidak ada data ekonomi penting dari eksternal pada pekan ini, namun didominasi oleh pidato-pidato pejabat the Fed.
“Dan terutama yang paling ditunggu investor adalah pidato Powell pada Rabu (22/5) malam, dalam risalah pertemuan FOMC,” kata Lukman kepada Kontan.co.id, Kamis (23/5).
Baca Juga: Saham yang Dicaplok Asing: Beri Keuntungan Sesaat, tapi Minim Aksi Korporasi
Sedangkan sentimen dari domestik, Lukman bilang, hanya ada satu agenda ekonomi penting yaitu Rapat Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia (BI) yang telah selesai dan direspon positif oleh para investor.
Dalam pertemuan itu, Gubernur BI menegaskan, akan tetap mempertahankan suku bunga kebijakan di level 6,25% sebagai upaya preemtif menjaga stabilitas rupiah.
Selain itu, dia menuturkan, pasca pengumuman RDG BI tersebut rupiah tidak banyak berubah. Sedangkan dalam sepekan ini, pergerakan rupiah cenderung sangat melemah terbatas 0,24% week to week (wte), di mana rupiah hanya bergerak di kisaran Rp 15.965 - Rp 16.006 per dolar AS sepanjang hari.
Di sisi lain, Lukman memprediksi pada Senin (27/5), pergerakan rupiah akan didikte oleh sentimen eksternal terutama US. Di mana, dalam dua hari ke depan akan ada dua data ekonomi dari AS, yaitu klaim pengangguran dan data penjualan barang tahan lama.
“Klaim pengangguran diperkirakan akan relatif tidak berubah, sedangkan penjualan barang tahan lama diperkirakan akan turun cukup besar, dan ini juga akan menekan dolar,” kata Lukman.
Dengan asumsi data-data ekonomi ke depan, Lukman bilang, jika sesuai dengan perkiraan, maka dolar bisa melemah dan rupiah berpotensi menguat.
Sementara itu, Kepala Riset dan Edukasi PT Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra mengatakan dalam sepekan ini, ekspektasi terhadap suku bunga acuan the Fed ditahan lebih lama, justru menjadi sentimen negatif rupiah terhadap dolar AS.
Baca Juga: Perdagangan Hanya Tiga Hari, IHSG Terkoreksi 1,29%
“Ditambah dengan beberapa kejadian di Timur Tengah seperti kematian Presiden Iran, ditetapkannya PM Israel sebagai kriminal, sedikit meningkatkan ketegangan yang mendorong pelaku pasar masuk ke aset aman di dolar AS,” kata Ariston kepada Kontan.co.id, Rabu (22/5).
Selain itu, Ariston menyampaikan bahwa pada pekan ini, masih ada hal yang ditunggu pasar yaitu, notulen rapat kebijakan moneter AS. Pasar ingin melihat indikasi kebijakan suku bunga AS ke depan dari notulen tersebut, yang tentunya asumsi dari pasar ini bisa menggerakkan dolar AS.
“Jadi Senin depan, (27/5) masih ada peluang pelemahan rupiah kembali ke atas Rp 16.000 dengan resisten di sekitar Rp 16.050. Sementara peluang penguatan ke arah 15930,” kata Ariston.
Sedangkan Lukman, memprediksi pada perdagangan Senin (27/5), rupiah akan bergerak menguat terbatas di rentang Rp 15.900 - Rp 16.050 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News