Reporter: Dina Farisah, Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Mata uang rupiah terpuruk pada pembukaan perdagangan, Kamis (5/3). Mengutip data Bloomberg, di pasar spot rupiah diperdagangkan melemah 0,22% ke level Rp 13.020 dari hari sebelumnya Rp 12.991 per dollar AS.
Sementara mengacu kurs referensi Jakarta Interbank Sopt Dollar Rate (JISDOR), rupiah juga terbenam di Rp 13.022 atau melemah 0,45% dari sebelumnya Rp 12.963 per dollar AS.
Posisi rupiah hari ini hanya dikalahkan saat kondisi krisis moneter Indonesia pada 1998 yang mencapai kisaran 16.000 per dollar AS.
Albertus Christian, Senior Research and Analyst PT monex Investindo Futures mengatakan, pelemahan rupiah akibat menurunnya tingkat kepercayaan investor, terhadap pergerakan rupiah yang konsisten melemah dari waktu ke waktu. Ini tercermin oleh sedikitnya investor asing yang menyerap penawaran surat utang negara (SUN), Selasa (3/3).
“Rupiah masih berpeluang melemah menuju level psikologis 13.000 dalam waktu dekat,” ujar Christian. Hari ini, pelaku pasar akan merespons rilis laporan tenaga kerja AS versi ADP.
Nurul Eti Nurbaeti, Head of Research Divisi Treasury Bank BNI, menuturkan, rupiah berpotensi melanjutkan pelemahan pada hari ini. BI tampaknya sengaja membiarkan pelemahan rupiah demi menggenjot ekspor dan pertumbuhan ekonomi.
Di samping itu, pelemahan rupiah ini akibat tekan dollar AS yang menguat akibat sentimen positif atas data ekonomi negeri paman sam tersebut.
The Automatic Data Processing (ADP) melaporkan pada Rabu bahwa lapangan pekerjaan sektor swasta AS meningkat 212.000 pada Februari. Angka terbaru itu di bawah konsensus pasar untuk kenaikan 220.000 pekerjaan, tetapi masih menunjukkan momentum pertumbuhan lapangan pekerjaan di AS.
Para investor sedang menunggu laporan data penggajian non pertanian (nonfarm payroll) resmi yang akan dirilis Jumat, untuk mendapatkan pandangan yang lebih komprehensif tentang pemulihan pasar tenaga kerja di negara itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News