Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Rupiah belum keluar dari tekanan. Di pasar spot, pasangan USD/IDR naik 0,4% menjadi 9.723. Kurs tengah dollar Amerika Serikat (AS) di Bank Indonesia (BI) juga menguat 0,31% menjadi 9.703.
Head of Research Divisi Tresuri Bank Negara Indonesia (BNI), Nurul Nurbaeti mengatakan, pelemahan rupiah lebih banyak dipengaruhi faktor eksternal. Pernyataan Federal Open Market Committee (FOMC) yang membuka kemungkinan penghentian program stimulus moneter, mengapresiasi dollar AS terhadap beberapa mata uang utama. "Ini juga secara langsung membawa dampak negatif bagi rupiah," ujar dia.
Dari dalam negeri, justru tekanan terhadap rupiah tidak terlalu besar. Meski menjelang akhir tahun permintaan dollar AS cenderung naik, namun itu masih dalam batas toleransi.
Zulfirman Basir, analis Monex Investindo Futures menambahkan, data ekonomi Eropa di Februari yang memburuk, akan menambah tekanan terhadap euro. "Hal ini secara tidak langsung akan semakin menekan nilai tukar rupiah," kata Zulfirman.
Nurul memperkirakan, pairing USD/IDR, hari ini, akan berada di kisaran 9.675 – 9.725 dengan kecenderungan melemah. Prediksi Zulfirman, pasangan USD/IDR masih akan menguat namun terbatas. Data ekonomi AS yang akan keluar diperkirakan tidak terlalu positif, sehingga dapat menahan laju apresiasi dollar AS terhadap rupiah di rentang 9.700-9.750.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News