Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pelemahan mata uang Asia terutama yen jadi penyebab utama faktor eksternal yang menggerus kekuatan rupiah. Di sisi lain, pulihnya dollar AS pasca pelemahan dalam beberapa hari terakhir turut membebani nilai tukar rupiah.
Di pasar spot, Rabu (14/9) posisi rupiah terpuruk 0,28% di level Rp 13.205 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Sementara di kurs tengah Bank Indonesia nilai rupiah menukik 0,58% di level Rp 13.228 per dollar AS.
Tonny Mariano, Analis PT Esandar Arthamas Berjangka mengatakan spekulasi jelang pertemuan FOMC pekan depan membuat pergerakan dollar AS jadi tarik menarik. Setelah melemah dua hari terakhir, posisi dollar AS kembali terangkat akibat aksi ambil untung pelaku pasar dengan melakukan bargain hunting. “Di sisi lain yen tengah melemah, efeknya permintaan dollar AS di Asia meningkat tajam,” tutur Tonny.
Ini memberikan imbas bagi mata uang Asia lainnya termasuk rupiah yang harus ikut terseret pelemahan. Memang minim data ekonomi pendukung dari AS tapi spekulasi juga terjadi di Jepang akibat penantian pasar terhadap keputusan langkah moneter Bank of Japan yang berlangsung di hari yang sama dengan FOMC. Hal ini membuat pergerakan yen terombang-ambing.
Jika berkaca dari sisi internal, katalis negatif datang dari turunnya level IHSG selama tiga hari terakhir. Mengindikasikan terjadinya penurunan aktivitas dan daya tarik terhadap pasar saham dalam negeri. “Tentunya ini pun menyumbang beban bagi pergerakan rupiah,” ungkap Tonny.
Bisa disimpulkan dari sisi internal dan eksternal keduanya mengimpit posisi rupiah. Walau memang tekanan dari eksternal lebih dominan. Mengingat masih minimnya katalis terbaru dari dalam negeri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News