Reporter: Nova Betriani Sinambela, Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan Jumat (27/12), setelah libur Natal 2024.
Melansir Bloomberg pukul 09.50 WIB, rupiah di pasar spot pada posisi Rp 16.242 per dolar AS atau anjlok 0,32% dari posisi Selasa (24/12) di Rp 16.190.
Sekaligus menghentikan penguatan mata uang garuda tiga hari beruntun.
Baca Juga: Libur Nataru, Perputaran Uang Diprediksi Tembus Rp 100 Triliun
Adapun pada akhir perdagangan Selasa (24/12), berdasarkan Bloomberg rupiah bertengger di level Rp 16.190 per dolar AS atau menguat 0,04% dalam sehari.
Sedangkan kurs di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia melemah 0,30% ke level Rp 16.208 per dolar AS dari sebelumnya.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, sejumlah data ekonomi Indonesia menjadi salah satu penopang kinerja rupiah.
Selain itu data ekonomi Indonesia menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan negara Amerika Latin seperti Brasil.
Misalnya, defisit anggaran RI yang mencapai minus 2,7% masih lebih baik dibandingkan Brasil yang minus 8,7%. Selain itu, defisit transaksi berjalan sebesar 0,7% juga lebih baik dari Brasil yang 2,9%.
Baca Juga: Rupiah Diproyeksi Konsolidasi pada Jumat (27/12), Berikut Sentimen Pemicunya
Kendati demikian peegerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal daripada internal.
Dari eksternal, tensi geopolitik di Timur Tengah dan Eropa antara Rusia dan Ukraina, perlambatan ekonomi di Tiongkok serta kemenangan Donald Trump dalam pilpres Amerika Serikat.
Ibrahim menyebut rupiah menguat akibat investor yang berhati-hati dengan sikap hawkish Federal Reserve AS, market pun tidak memasang taruhan besar menjelang minggu perdagangan yang dipersingkat karena liburan Natal.
Adapun pertemuan The Fed mengindikasikan bahwa suku bunga akan tetap lebih tinggi untuk periode yang lebih lama setelah pemangkasan pada hari Rabu.
Saat ini pun pedagang hanya mengharapkan dua penurunan seperempat poin pada tahun 2025 di tengah ketahanan ekonomi yang berkelanjutan dan inflasi yang masih tinggi.
Di sisi lain pasar juga menunggu kejelasan lebih lanjut tentang rencana Beijing untuk langkah-langkah stimulus di tahun mendatang.
Selanjutnya: Hashim Sebut Qatar dan Abu Dhabi Minat Biayai 7 Juta Unit Perumahan
Menarik Dibaca: MNI Hadirkan Koleksi Fosil yang Ditemukan di Indonesia, Berlangsung Hingga 20 Januari
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News