Reporter: Pulina Nityakanti, Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah di pasar spot menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang akhir cuti bersama Lebaran. Selasa (25/4) pukul 10.00 WIB, kurs rupiah spot berada di Rp 14.927 per dolar AS, menguat 0,33% dari posisi Jumat (21/4) lalu.
Tetapi, kurs rupiah spot ini masih melemah 0,57% jika dibandingkan dengan posisi terakhir sebelum cuti bersama Rp 14.843 per dolar AS pada Selasa (18/4) di angka Rp 14.843 per dolar AS.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo memperkirakan, pergerakan rupiah pada Rabu (26/4) akan dipengaruhi ekspektasi pasar pada hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 2-3 Mei 2023.
“Pasar menunjukkan peluang 88% The Fed akan menaikkan kisaran target Fed Funds Rate sebesar 25 bps pada pertemuan FOMC 2-3 Mei mendatang,” kata dia.
Baca Juga: Ini Prediksi Rupiah Untuk Rabu (26/4) Pascalibur Lebaran
Kenaikan itu didasari oleh berita ekonomi AS minggu lalu yang bisa berdampak pada kebijakan The Fed yang hawkish, sehingga membuat dolar AS menjadi bullish.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga utamanya pada 5,75% pada minggu lalu juga dapat mempengaruhi pergerakan rupiah.
“Suku bunga BI tidak berubah dalam tiga pertemuan terakhir di tahun 2023, yang bertujuan untuk memastikan inflasi dan ekspektasi harga terus menurun. Ini sejalan dengan ekspektasi pasar,” tutur dia.
Baca Juga: BI akan Teken Kerja Sama Local Currency Transaction dengan Korea Selatan Awal Mei
Menurut Sutopo, BI yakin suku bunga saat ini cukup untuk mengendalikan inflasi inti dalam kisaran 3% untuk sisa tahun 2023. Tingkat inflasi tahunan Indonesia turun ke level terendah dalam tujuh bulan sebesar 4,97% di bulan Maret.
Sutopo pun memprediksi, rupiah akan menguat tipis ke rentang harga Rp 14.800 per dolar AS–Rp 15.000 per dolar AS pada Rabu (26/4).
“Meskipun Lebaran, pasar mata uang tetap berjalan seperti biasanya. Karena aktivitas masa liburan, pasar Indonesia sebagian tutup dan permintaan terhadap dolar AS mungkin sedikit stagnan,” pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News