Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Otot rupiah terus menguat di hadapan dollar Amerika Serikat (AS). Mengacu data Bloomberg, Rabu (2/3) di pasar spot rupiah di level Rp 13.301 per dollar AS atau menguat 0,34% dari sebelumnya Rp 13.347 per dollar AS pukul 16.59 WIB.
Dengan kata lain, rupiah terus berada di posisi terkuat di tahun 2016 ini. Serupa, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar (JISDOR), rupiah di level 13.314 per dollar AS atau menguat 0,40% dari sebelumnya Rp 13.367 per dollar AS.
Trian Fathria, Research and Analyst Divisi Treasury PT Bank Negara Indonesia Tbk memaparkan, rupiah memperoleh amunisi dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan, Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,09% sepanjang Februari 2016. "Mengindikasikan ekonomi domestik stabil disertai fundamental yang kondusif," terangnya.
Albertus Christian, Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyokong kinerja mata uang Garuda.
Pertama, stabilnya pergerakan yuan setelah meredanya kekhawatiran potensi devaluasi mata uang China. Hal ini menopang kinerja mata uang negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Pekan lalu pada pertemuan G20 di Shanghai, para anggotanya berkomitmen tidak akan mendevaluasi mata uang," tukasnya.
Kedua, masuknya aliran dana asing pada pasar obligasi Indonesia. Situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan per 29 Februari 2016, porsi asing pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik yang dapat diperdagangkan mencapai Rp 587,78 triliun.
Angka tersebut menggemuk Rp 9,46 triliun dari posisi akhir Januari 2016 yang tercatat Rp 578,32 triliun. Ketiga, aksi The People's Bank of China yang memangkas Giro Wajib Minimum perbankan sebesar 50 bps menjadi 17%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News