Reporter: Barratut Taqiyyah, Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pergerakan rupiah masih saja melempem terhadap dollar AS. Pada pukul 15.36, mata uang Garuda ini melemah 0,1% menjadi 9.460 per dollar AS. Bahkan pada transaksi sebelumnya, posisi rupiah sempat menyentuh level 9.519 per dollar, level terlemah sejak 25 Juni lalu.
Kecemasan investor mengenai perlambatan ekonomi global memangkas tingkat permintaan terhadap aset-aset emerging markets. Salah satunya adalah rupiah.
Sejumlah sinyal adanya perlambatan ekonomi global antara lain pernyataan penasehat Bank Sentral China Song Guoqing yang memprediksi tingkat pertumbuhan China akan melambat menjadi 7,4% pada kuartal III ini. Selain itu, Wakil Kanselir Jerman Phillipp Roeler bilang, dirinya sangat skeptis bahwa pimpinan Eropa mampu menyelamatkan Yunani.
"Sentimen negatif yang berasal dari eksternal memberatkan langkah rupiah. Meski demikian, rupiah masih memiliki ruang untuk menguat karena return dari risiko yang ditawarkan relatif menarik," jelas Gusti Kahari, foreign exchange dealer PT Bank Artha Graha Internasional di Jakarta.
Sekadar tambahan informasi, tingkat yield obligasi pemerintah dengan kupon 7% yang jatuh rempo Mei 2002 mencatatkan kenaikan sebesar lima basis poin menjadi 5,78%. Ini merupakan kenaikan tertinggi sejak 24 Mei lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News