Reporter: Barratut Taqiyyah, Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KUALA LUMPUR. Mayoritas mata uang Asia mencatatkan pelemahan pada transaksi hari ini (23/7). Hal itu dapat dilihat dari Bloomberg-JPMorgan Asia Dollar Index yang mencatatkan penurunan terbesar dalam sepekan terakhir. Sebaliknya, Asia Dollar Index turun 0,3% menjadi 114,69.
Pada pukul 11.44 waktu Seoul, won Korea Selatan melemah 0,5% menjadi 1.147,20 per dollar AS. Sementara, ringgit Malaysia melemah 0,6% menjadi 3,1714 per dollar. Sedangkan baht Thailand melemah 0,4% menjadi 31,77 serta rupiah Indonesia melemah 0,5% menjadi 9.494.
Pelemahan mata uang Asia terkait dengan kecemasan investor mengenai perlambatan ekonomi global. Seperti yang diberitakan sebelumnya, penasehat Bank Sentral China Song Guoqing memprediksi, tingkat pertumbuhan China akan melambat menjadi 7,4% pada kuartal III ini.
Selain itu, Song yang juga anggota akademisi komite kebijakan moneter People's Bank of China, juga mengingatkan penurunan harga produksi ditambah dengan tingkat inflasi konsumen yang tinggi akan memukul return perusahaan-perusahaan industri. Ujung-ujungnya, industri di China malas berekspansi.
Di sisi lain, Wakil Kanselir Jerman Phillipp Roeler sangat skeptis bahwa pimpinan Eropa mampu menyelamatkan Yunani.
Dua faktor tadi memangkas tingkat permintaan investor terhadap aset-aset emerging market. "Sentimen risiko sangat lemah pada hari ini dan sebagian besar dipengaruhi oleh faktor eksternal. Sebagian besar negara-negara Asia bergantung pada ekspor. Itu sebabnya mata uang Asia ikut tertekan," urai Tohru Nishihama, ekonom Dai-ichi Life Research Institute Inc di Tokyo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News