Reporter: Nadya Zahira | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rupiah masih dalam tren positif selama perdagangan pekan ini. Mata uang garuda kembali masuk zona penguatan di kisaran Rp 16.100 per dolar Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (12/7), rupiah spot pekan ini ditutup pada level Rp 16.137 per dolar AS. Kurs rupiah spot menguat 0,36% dibanding penutupan hari sebelumnya di Rp 16.195 per dolar AS. Dalam sepekan, rupiah spot menguat Rp 140 atau 0,87%.
Selaras dengan pergerakan di pasar spot, kurs rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) terpantau ikut menguat. Jumat (21/6), kurs rupiah Jisdor ditutup pada posisi Rp 16.154 per dolar AS, menguat 0,96% secara mingguan dan 0,28% secara harian.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mencermati, penguatan rupiah pada hari ini dipengaruhi oleh pelemahan dolar AS terhadap mata uang utama. Ini terindikasi dari dolar indeks (DXY) yang selama sepekan melemah 0,36% dan sudah berada di bawa level 105.
Baca Juga: Yen Stabil Terhadap Dolar AS Setelah Tanda-Tanda Disinflasi AS
Josua menjelaskan bahwa pelemahan dolar indeks tersebut didorong oleh faktor rilis data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan, serta respons intervensi pemerintah Jepang terhadap mata uang yen.
Indeks Harga Konsumen (IHK) AS pada Juni 2024 mencatat deflasi 0,1% Month of Month (MoM), lebih rendah dibandingkan ekspektasi konsensus yang memperkirakan inflasi sebesar 0,1% MoM. Perubahan IHK bulanan juga lebih rendah dibandingkan IHK Mei 2024 yang tercatat 0,0% Mom.
Josua juga menyebutkan bahwa deflasi pada Juni 2024, merupakan deflasi pertama sejak tahun 2020. Secara tahunan, inflasi AS turun menjadi 3,0% YoY, di bawah perkiraan sebesar 3,1% YoY dan lebih rendah dari inflasi tahunan pada bulan Mei 2024 sebesar 3,3% YoY. Inflasi inti juga tercatat menurun menjadi 3,3% YoY dari 3,4% YoY.
“Data IHK yang lebih rendah dari perkiraan menunjukkan perkembangan disinflasi yang konsisten di AS, meningkatkan kemungkinan penurunan suku bunga pada Sep 2024, sehingga semakin mendorong sentimen risk-on di pasar,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Jumat (12/7).
Baca Juga: Pekan Kedua Juli 2024, Aliran Modal Asing Masuk Rp 5,59 Triliun ke Dalam Negeri
Menurut dia, investor terus mempertahankan ekspektasi mereka mengenai dua kali penurunan suku bunga kebijakan pada tahun 2024. Selain rilis data inflasi AS, Yen Jepang juga menguat terhadap dolar AS pasca laporan mengenai intervensi pemerintah Jepang terhadap Yen Jepang.
Josua memperkirakan, pada pekan depan, pelaku pasar akan mencermati rilis beberapa data ekonomi seperti Produk Domestik Bruto (PDB) China kuartal II-2024, neraca perdagangan Indonesia dan Keputusan Rapat Dewan Gunernur (RDG) Bank Indonesia (BI), retail sales AS, inflasi Eropa dan rapat Bank Sentral Eropa (ECB).
“Neraca perdagangan bulan Juni 2024 diperkirakan surplus US$ 4,05 miliar dari bulan sebelumnya yang surplus hanya US$ 2,93 miliar,” imbuhnya.
Josua memperkirakan, BI akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan BI rate di level 6,25% pada RDG bulan Juli ini.
Baca Juga: Kompak, Rupiah Jisdor Menguat 0,28% ke Rp 16.154 Per Dolar AS Pada Jumat (12/7)
Selaras dengan hal ini, Analis Pasar Mata Uang, Lukman Leong mengatakan bahwa rupiah dalam sepekan ini menguat didukung oleh data-data ekonomi domestik dan China yang lebih kuat.
“Sebaliknya, pelemahan dolar AS disebabkan oleh data-data ekonomi AS yg lebih lemah serta pernyataan dovish dari Powell,” kata Lukman kepada Kontan.co.id, Jumat (12/7).
Lukman memprediksi, rupiah masih berpotensi melanjutkan penguatan pada perdagangan Senin (14/7). Selain itu, investor juga menantikan data pertumbuhan ekonomi China dan data perdagangan Indonesia pada hari Senin mendatang.
Lukman pun memproyeksi, rupiah akan kembali menguat dan berada di sekitar Rp 16.050 per dolar AS-Rp 16.200 per dolar AS, pada perdagangan Senin (14/7).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News