Reporter: Nur Qolbi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah tampil perkasa. Di mana, rupiah di pasar spot menguat 1,02% menjadi Rp 15.534 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (15/11). Sejalan, rupiah JISDOR menguat 1,25% ke Rp 15.503 per dolar AS.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, penguatan rupiah terjadi seiring dengan perlambatan inflasi AS pada bulan Oktober 2023. Hal ini memicu euforia sentimen risk-on di pasar keuangan sejalan dengan penurunan kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed.
Dengan inflasi yang semakin rendah, maka ruang The Fed untuk menaikkan suku bunganya menjadi semakin tertutup.
"Risk appetite investor menguat sehingga investor mencari aset-aset yang lebih berisiko, terutama dalam hal ini aset negara berkembang," kata Josua saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (15/11).
Baca Juga: Suku Bunga Fed Berakhir, Rupiah dan Sejumlah Mata Uang Ini Diuntungkan
Untuk perdagangan Kamis (16/11), Josua memprediksi, rupiah akan melanjutkan penguatan, terutama akibat rilis data inflasi produsen (PPI) AS. PPI AS Oktober 2023 diperkirakan melambat 0,1% mom dari 0,5% mom atau melambat menjadi 1,9% yoy dari 2,2% yoy.
Perlambatan inflasi di tingkat produsen akan mengafirmasi perlambatan tingkat harga di AS secara umum. Kondisi ini berpotensi meningkatkan kemungkinan The Fed untuk mulai memangkas suku bunganya lebih cepat dari perkiraan awal.
Analis Mata Uang Lukman Leong pun memprediksi, rupiah akan melanjutkan penguatan di tengah koreksi dolar AS. "Dari domestik, data perdagangan Indonesia hari ini baik neraca ekspor maupun impor semua jauh lebih baik dari perkiraan juga turut mendukung rupiah," ucap Lukman.
Lukman memperkirakan, rupiah akan menguat dalam rentang Rp 15.400-Rp 15.500 per dolar AS pada Kamis (16/11). Sementara Josua memprediksi, rupiah akan menguat dalam kisaran Rp 15.450-Rp 15.575 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News