kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Rupiah melempem, harga obligasi terseok


Selasa, 08 September 2015 / 17:34 WIB
Rupiah melempem, harga obligasi terseok


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Harga obligasi dalam negeri kembali tergerus. Pelemahan rupiah menjadi sentimen negatif bagi pasar surat utang Indonesia.

Kondisi ini tercermin pada indeks obligasi pemerintah atau Inter Dealer Market Association (IDMA) pada Senin (7/9) yang turun 0,77% menjadi 93,58, level terendah sejak Maret 2014. Ketimbang posisi akhir tahun 2014, indeks sudah merosot 6,13%.

Surat Utang Negara (SUN) seri acuan (benchmark) juga bernasib sama.

Lihat saja SUN benchmark bertenor lima tahun FR0069 pada Selasa (8/9) yang terkikis 0,07% dibandingkan hari sebelumnya menjadi 97,557.

Ketimbang akhir tahun 2014, harga sudah meluncur 3,28%. Yield obligasi ini juga telah terangkat dari semula 7,62% menjadi 8,67%.

Jika harga obligasi naik, yield surat utang tersebut akan menyusut. Sebaliknya, ketika harga obligasi terkoreksi, yield instrumen ini akan melambung.

Begitu pula dengan SUN seri acuan bertenor 10 tahun yakni FR0070 yang turun 0,13% dibandingkan hari sebelumnya menjadi 95,58, angka terendah sejak Februari 2014.

Ketimbang akhir tahun lalu, harga sudah terlempar 8,11%. Yield obligasi ini juga bertambah dari semula 7,75% menjadi 9,13%.

Di saat yang sama, harga SUN benchmark bertenor 15 tahun yaitu FR0071 menyusut 0,27% dibandingkan hari sebelumnya menjadi 97,465, level terendah sejak Maret 2014.

Ketimbang akhir tahun 2014, harga sudah terlempar 9,22%. Yield seri ini sudah melambung dari semula 8,11% menjadi 9,33%.

Harga SUN benchmark bertenor 20 tahun yaitu FR0068 juga terkoreksi 0,07% ketimbang dibandingkan hari sebelumnya menjadi 91,81, level terendah sejak Maret 2014.

Ketimbang akhir tahun 2014, harga obligasi ini sudah meluncur 9,21%. Dus, yield seri ini sudah terangkat dari semula 8,25% menjadi 9,31%.

Analis obligasi BNI Securities I Made Adi Saputra menilai, pelemahan rupiah menjadi faktor utama turunnya harga obligasi. Di pasar spot pada Selasa (8/9), rupiah terkoreksi 0,1% ketimbang hari sebelumnya menjadi Rp 14.280 per dollar Amerika Serikat (AS).

Apalagi cadangan devisa Bank Indonesia (BI) per Agustus 2015 tercatat US$ 105,34 miliar, turun US$ 2,3 miliar ketimbang posisi bulan Juli 2015.

“Kemampuan BI untuk mengintervensi pelemahan rupiah menjadi berkurang. Memang kebutuhan dollar AS di Indonesia cukup besar. Kalau di awal tahun kita terbantu dari penerbitan instrumen surat utang berdenominasi mata uang asing,” jelasnya.

Memang sepanjang tahun 2015, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR) telah meluncurkan SUN valas domestik, sukuk global, USD bonds, Euro bonds, hingga Samurai bonds dengan total mencapai Rp 112,97 triliun.

Semua instrumen tersebut diterbitkan dalam mata uang asing.

Analis Infovesta Utama Praska Putrantyo menambahkan, dari sisi luar negeri, melemahnya rupiah juga imbas dari spekulasi kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS alias The Fed yang akan ditentukan pada rapat Federal Open Market Committee (FOMC) 16 September 2015 – 17 September 2015.

Rilis data perekonomian AS yang beragam membuat spekulasi kenaikan suku bunga mereka terombang-ambing. Ketidakpastian inilah yang menekan rupiah.

Belum mengilapnya kinerja rupiah membuat para investor asing lebih berhati-hati. Sebab, mereka terpapar kerugian dalam valuta asing (valas) saat mengkonversikan hasil transaksi mereka dari rupiah menjadi dollar AS.

Dari total outstanding Surat Berharga Negara (SBN) domestik yang dapat diperdagangkan sebesar Rp 1.400,45 triliun, sebanyak 37,76% atau sekitar Rp 528,8 triliun digenggam oleh investor asing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×