Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kendati nilai tukar rupiah terus merosot terhadap dollar AS, emiten properti PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) tidak terlalu khawatir. Pasalnya, perseroan telah mengantisipasi fluktuasi nilai tukar ini sejak awal.
Nilai tukar rupiah terus terpuruk. Di pasar spot, Selasa (25/8) nilai tukar rupiah di hadapan USD melemah 0,03% ke level Rp 14.054 dibanding hari sebelumnya. Serupa, di kurs tengah Bank Indonesia rupiah melorot 0,49% di level Rp 14.067.
Minarto Basuki, Direktur Keuangan PWON mengatakan pelemahan rupiah telah diantispasi perseroan baik sisi hutang maupun dari sisi bahan material properti. "Dampaknya memang ada tapi antispasi sudah kita lakukan," kata Minarto pada KONTAN, Selasa (24/8).
Minarto mengatakan beberapa proyek perseroan yang banyak menggunakan material impor sudah selesai. Sementara untuk proyek yang tengah berjalan, perseroan telah melakukan pencadangan material berbasis dollar (menyimpan stok) sebelum rupiah seanjlok saat ini.
Sedangkan utang berbasisi dollar As telah dilindung nilai sepenuhnya oleh perseroan. Saat ini, PWON memiliki utang obligasi US$ 200 juta yang jatuh tempo pada tahun 2019.
Pada tanggal 17 Desember 2014, PWON dan Bank Standard Chartered (SCB) menandatangani perjanjian USDIDR call spread senilai US$ 100 juta yang jatuh tempo pada 2 juli 2019 dengan range Rp 13.000 Rp 14.500. Bunga hedging ini ditetapkan US$ 1,63 per tahun.
Lalu pada 16 Januari, perseroan menandatangani perjanjian USDIDR call spread dengan european Knocking (EKI) senilai US$ 100 juta bersama Deutsche Bank. Hedging ini dirange Rp 13.000- Rp 15.500 dengan bungan US$ 1,65 per tahun. Perjanjian ini efektif pada 26 januari 2015 dan jatuh tempo pada 2 Juli 2019 dengan opsi pembatalan oleh perusahaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News