Reporter: Dina Farisah, Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat kembali tertekan. Merujuk kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), Selasa (14/4) rupiah melemah Rp 12.979 per dollar AS atau 0,26% dari sebelumnya Rp 12.945 per dollar AS.
Sementara, merujuk data Bloomberg pukul 10.16 WIB, di pasar spot justru rupiah menguat tipis ke Rp 1.978 per dollar AS atau 0,08% dari sebelumnya 12.988 per dollar AS.
Pelemahan rupiah sudah diprediksi oleh para analis. Sebut saja, Trian Fatria, analis Divisi Tresuri Bank BNI, menuturkan, rupiah terkikis oleh neraca perdagangan Tiongkok pada bulan Maret yang kurang menggembirakan, yakni surplus US$ 3,1 miliar. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan estimasi US$ 43,4 miliar.
Ekspor China sepanjang Maret lalu juga turun 15%, sementara impor turun 12,7%. “Sebagai mitra dagang utama Indonesia, negatifnya data neraca perdagangan China turut mendepresiasi rupiah,” ungkap Trian.
Pelemahan rupiah juga akibat pemangkasan target pertumbuhan ekonomi Asia oleh Bank Dunia. Dalam rilisnya, World Bank juga memangkas pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini, dari 5,6% menjadi 5,2%.
Dari dalam negeri, pelaku pasar akan mencermati hasil rapat Bank Indonesia (BI) yang memutuskan BI rate.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News